"Gimana, ada?", Tanyaku pada suami yang baru saja turun dari motor.
"Ga ada, katanya udah dibawa kurir", jawab suami lesu.
Jadi suami baru saja membeli HP baru via online, wajar jika doi ga sabar, cek terus update pengiriman dan berinisiatif untuk mengambil sendiri alih-alih menunggu kurir mengantarkan.
Aku tak banyak bertanya lagi, kemudian dia berucap, "Kayaknya emang belum takdir aku deh nerima barangnya sekarang. Klo kata Allah terima nya nanti siang ya mau dimajuin ambil pagi juga ga bakal dapet."
Iya sih bener juga, ingatanku langsung terbang bertahun-tahun yang lalu, sepertinya aku juga punya pengalaman serupa tentang bagaimana rezeki yang ditakdirkan untukku tak akan pergi melewatkan ku.
Umar bin Khattab pernah berkata, "Apa yang melewatkan ku tidak akan pernah menjadi takdirku dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku."
Waktu itu tahun 2017 acara penutupan sekolah pra nikah dan menghadirkan Kang Abay sebagai bintang tamu. Pas banget beliau baru saja meluncurkan buku Cinta dalam Ikhlas dan CD lagu Singlelillah. Di kepala udah niat banget buat beli buku sama CD nya, setelah dihitung-hitung cukup uangnya mah.
Aku biasa berangkat bareng teman satu daerah, tapi saat itu dia tidak bisa datang karena sibuk dengan persiapan pernikahan. Dia bilang kalau pengen juga bukunya Kang Abay, jadi nitip untuk dibelikan.
Bisa sih bisa, eh buku ini kan dia pengen banget tuh, apa dijadiin kado pernikahan aja ya? Mumpung ada sesi tanda tangan sama Kang Abay juga pasti dia terharu banget deh. Waaahh imajinasi ku udah terbang tinggi.
Dengan percaya diri aku menolak saat dia ingin mengantarkan uang buku, kataku nanti saja bisa pakai uangku dulu, padahal aku ingin beri kejutan.
Tadaaa... Seketika keinget kalau uang aku ga ada lebih buat beli buku lagi. Huhuuu, sedih banget, masak aku ga beli bukunya? Emm, ga papa deh dapet CD nya doang. Dan butuh beberapa hari untuk melapangkan dada.
Saking sedihnya sampe lupa fakta bahwa saat meminta tanda tangan Kang Abay maka buku harus dibuka sampul plastiknya, hueheheh. Ketebak dong endingnya?
Yuiii... Segel udah kebuka berarti buku bisa dibaca, huraaaayyy. Ngebut ngabisin novel sebelum dibungkus jadi kado. Eh ini ga berarti aku ngasih kado bekas kan ya? Beneran niat awal buat kado.
Temanku girang tak terkira, terlebih Kang Abay menuliskan namanya sebelum membubuhkan tanda tangan. Ya ga perlu ditanya darimana Kang Abay tahu, akulah yang minta begitu, ihiir.
Dua tahun berselang, di tahun 2019 aku menikah, Alhamdulillah ada yang ngelamar juga, huehehe. Suami adalah teman komunitas menulis yang juga pecinta buku. Kejutannya adalah doi juga punya buku Kang Abay. Wuaaaahhh, beneran berkaca-kaca ini mah. Akhirnya aku bisa baca ulang setelah sebelumnya harus baca cepat.
Tahun 2024, novel ini akhirnya diangkat ke layar lebar. Jelas aku ga bisa nonton walau kepengen, karena duo krucils yang masih ngintilin.
Tenaaaang... Kalem....
Kita tunggu saja filmnya tayang di platform legal yang bisa diakses dari rumah.
Luar biasa ya... Ketika kita tahu bahwa tidak perlu terlalu khawatir tentang dunia maka hati lebih mudah lapang menerima hal yang awalnya membuat kecewa.
Semangat... Semua butuh latihan dan proses yang tidak mudah.
Posting Komentar
Posting Komentar