Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi saya tentang perjalanan menjadi full time blogger. Ada banyak kisah yang akan dibagikan, semoga bisa membantu teman-teman yang juga memiliki keraguan atau sedang mencari pencerahan dari keinginan menjadi full time blogger. Saya sangat berharap tulisan ini dapat bermanfaat.
Awal Memutuskan Terjun Ke Dunia Blog
Sewaktu SMA ternyata saya sudah membuat blog di dua platform berbeda, Blogspot dan Wordpress namun baru di tahun 2016 awal tahu bahwa keduanya itu blog karena mengikuti sebuah komunitas kepenulisan online yang mewajibkan anggotanya memiliki blog. Seiring waktu berjalan, blog terisi dengan berbagai tugas juga curahan hati yang campur aduk.
Di Tahun 2019 bulan November, teman komunitas memberi tahu ada gathering blogger di Yogyakarta, tak butuh waktu lama untuk berpikir saya pun mendaftar dan dinyatakan lolos. Jauh dari perkiraan saya, ternyata acara tersebut adalah bentuk promosi dari sebuah perusahaan. Wow, ini dateng dikasih makan, pulang dibawain bingkisan masih dibayar juga dengan nominal yang lumayan? Eeehhmm… kok manis sekali.
Mendaftar Top Level Domain
Pengalaman di Yogyakarta membuat saya banyak berpikir tentang dunia baru yang juga menghasilkan. Di sebuah grup whatsapp yang dibentuk untuk kelanjutan acara tersebut saya mengamati bahwa sebagian besar blog/web mereka sudah TLD, hanya beberapa saja yang masih gratisan, termasuk saya. Ada rasa ingin tahu yang besar dalam diri untuk menggali lebih dalam lagi dunia blog hingga pada kesimpulan bahwa harus nih naik tingkat punya domain.
Tak henti bersyukur karena bisa lolos dalam acara ini dengan blog gratisan sehingga menyadarkan saya bahwa blogger sangat berpotensi menjadi ujung tombak sebuah perusahaan dalam memasarkan produknya. Oh ya satu lagi, ternyata area Solo-Yogya masih sedikit sekali blogger sehingga saya saja masih bisa keangkut. Tapi ternyata, ada fakta lain dibalik ini semua.
Akhirnya Desember 2019 saya resmi memiliki blog TLD, yuhuuuu, alhamdulillah.
Apa itu Full Time Blogger?
Sebelumnya Blogger adalah sebutan untuk orang yang menulis blog, sesederhana itu sedangkan full time blogger yaitu blogger yang memutuskan untuk mencari penghasilan utama lewat blog. Awalnya saya hanya Blogger hingga akhirnya memutuskan diri untuk menjadi full time blogger. Setiap keputusan memiliki konsekuensinya masing-masing, silakan disesuaikan dengan kondisi diri.
Bisakah Karyawan Menjadi Blogger?
Sekali lagi gathering blogger di Yogyakarta menjadi titik awal saya mengetahui dunia bloging. Acara tersebut dilaksanakan pada hari sabtu, dimana sewaktu itu saya masih berstatus karyawan pabrik yang tidak libur, namun memutuskan untuk ijin agar dapat mengikutinya. Ternyata sebagian besar peserta yang hadir adalah full time blogger. Pantas saja ya mereka bisa hadir.
Kesimpulan awal saya yang mengatakan bahwa blogger di Solo-Yogya masih sedikit pun ternyata salah besar, setelah mencari tahu tentang komunitas blogger ternyata memang sudah banyak blogger namun tak sedikit pula yang berkendala untuk hadir di sebuah event. kenapa? Ada dua alasan, yang pertama mereka adalah karyawan yang kedua mom blogger.
Mom Blogger dengan anak balita tentu kesulitan hadir, biasanya perusahaan jarang yang mengijinkan untuk membawa anak kecil, ya bisa dipahami pasti akan menganggu jalannya acara. Kalau karyawan beda lagi, mereka terkendala jam kerja dan sulit ijin untuk datang ke sebuah acara.
Eitssss, tapi tenang saja karyawan tetap bisa kok menjadi blogger.
Mencari penghasilan tambahan dari blog ada banyak cara, tidak harus mengunjungi acara bahkan bisa dilakukan dari rumah ketika sudah pulang dari kerja. Tentu ini perlu manajemen waktu yang bagus agar tidak menganggu kerja dan tetap perhatikan waktu istirahat. Begitupun saya dulu, akhirnya memutuskan untuk menjadi blogger dengan job yang bisa dilakukan tanpa harus datang ke suatu tempat/acara.
Memutuskan Menjadi Full Time Blogger
Saya menyadari bahwa ada yang bergolak dalam hati setelah mengenal dunia blog, sepertinya inilah hal yang dicari hampir seperempat abad perjalanan menjadi manusia. berikut adalah alasan memutuskan untuk resign dan menjadi full time blogger :
Bosan dengan rutinitas monoton sebagai karyawan
Ingin menjadi Ibu Rumah Tangga yang berpenghasilan
Menjalankan hobi yang dibayar
Berangkat pagi pulang sore dengan job desk yang sama setiap harinya pasti timbul bosan, awalnya aku mencari kegiatan luar dengan bergabung dengan komunitas sehingga ada rutinitas lain yang berbeda juga pelarian dari kebosanan di tempat kerja. Seru sih, tapi ternyata ada titik dimana bosan itu melumpuhkan. Justru menghilangkan semangat untuk bangun pagi jika akhirnya harus mandi dan berangkat ke tempat kerja. Ahh, udah ga sehat ini.
Tidak dapat dipungkiri bahwa penghasilan tetap adalah alasan utama bertahan menjadi karyawan, jadi setiap keputusan untuk resign harus memasukkan pertimbangan income dan blogger bisa untuk itu. Ya, jelas penghasilan yang diterima tidak akan stabil namun jika kita sudah berniat dengan sesuatu maka banyak cara belajar yang bisa ditempuh hingga terkadang penghasilan sebagai blogger bisa melebihi gaji karyawan.
Bertepatan dengan keinginan yang menggebu datanglah lelaki yang mantap meminang. Pindah ke luar kota mau tidak mau harus melepaskan pekerjaan di kota asal dan inilah waktu yang tepat untuk menjadi full time blogger.
Visi dan misi rumah tangga dibicarakan, dan pengasuhan anak menjadi prioritas sehingga mengharuskan saya untuk tetap ada di rumah. Meski suami bisa mencukupi kebutuhan keluarga namun memiliki penghasilan sendiri tentu akan lebih mudah mencapai financial planner kami. Untuk itulah meski hanya di rumah saja, saya berusaha untuk memaksimalkan potensi agar tetap berpenghasilan.
Menulis bukan hobi saya loh, jadi yang menjadi hobi saya adalah jalan-jalan. Dan blogger bisa mewujudkan itu. Berkunjung ke suatu tempat baru untuk membantu menyebarluaskan info menjadi alasan kuat dimana saya sangat menikmati menjadi full time blogger.
Nah, kalau kalian gimana?
Jika saya sudah memutuskan diri menjadi full time blogger beda lagi dengan teman saya yang masih menjadi karyawan namun juga seorang blogger. Tentu saja effort beliau lebih besar dari saya, disiplin meluangkan waktu untuk menulis di pagi atau malam hari juga tetap profesional menjalankan tugas sebagai karyawan.
Keinginan resign jelas ada, mengingat begitu berat bagi seorang ibu meninggalkan anak balita untuk pergi bekerja. Tekad itu beliau barengi dengan memupuk ilmu dan optimal menjalankan blog pribadinya, hingga ketika dirasa sudah memungkinkan melepaskan status karyawan semua sudah siap sedia.
Keputusan yang diambil tentu memiliki resiko, silakan pikirkan dengan baik dan jangan lupa tetap bahagia.
Salam hangat dari saya.
Posting Komentar
Posting Komentar