Hari ulang tahunku yang ke 27, tak hanya bahagia kurasa namun ada haru yang menyeruak kala saksi dan para hadirin mengucap kata "sah" secara berjamaah. Iya, ditanggal cantik itu kamu memberikan kado ulang tahun yang tiada dua, menghalalkan aku setelah sekian lama meminta dalam doa.
Perjalanan honeymoon sesuai rencana, berkeliling kota Jogja, Solo dan Klaten selama seminggu lalu kita melanjutkan hidup di kota asalmu, Bandung.
Malam berganti malam kemudian bulan menjelang hingga perkataan para teman dan juga keluarga membuatku panik, iya apalagi kalau bukan buah hati. Setiap ada yang bertanya maka sigap kau genggam tanganku, menatap jauh ke dalam netra dan berujar, "Jangan dimasukkan hati ya, aku masih ingin menghabiskan banyak waktu berdua." Sejujurnya aku tidak terlalu panik, toh pernikahan kami masih hitungan bulan dan waktu ini bisa kami gunakan untuk saling mengenal lebih dekat sama sama lain.
Suatu hari, entah kenapa aku mulai berpikir untuk segera memiliki buah hati, entah itu karena omongan orang lain atau teman-teman yang tanggal menikahnya tak jauh dariku sudah mulai mengandung, Oh Alllah segitu dahsyatnya kah perkataan orang lain mempengaruhiku? Namun aku masih menahan diri untuk tak mengutarakannya pada suami, sungguh tak ingin ia khawatir denganku yang masih sering rindu kampung halaman, takutnya ia justru menganggap aku tak betah di sini. Sekuat tenaga aku ingin membuat ia nyaman bahwa aku bahagia hidup dengannya.
Sejak gadis aku selalu menandai hari haidku, untuk mengontrol dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, Alhamdulillah jadwal haidku termasuk yang teratur dengan maju beberapa hari setiap bulannya. Ada harap setiap mendekata tanggal haid, meski kecewa jika ternyata tetap mendapat tamu bulanan aku tak pernah mengatakannya pada suami. Hingga bulan Juni, aku setengah ragu karena haid tak kunjung datang, inikah pertanda?
Aku masih menunggu hingga tanggal 30, sesuai dengan tanggal bulan sebelumnya, nihil. Tak ingin terlalu dini bergembira aku mulai membaca banyak artikel tentang tanda-tanda awal kehamilan. Tak ada mual, mood tetap stabil, hanya telat haid saja. Lucunya aku mulai mencari cara lain mengecek kehamilan selain menggunakan test pack. Tebak kenapa? Takut jika hasilnya negatif kemudian akan muncul kecewa. Ini juga menurut artikel yang kubaca bahwa waktu terbaik untuk menggunakan test pack minimal dua minggu setelah telat haid.
Akhirnya ada beberapa cara lain untuk mengecek kehamilan, salah satu yang aku coba adalah mencampurkan garam ke dalam air seni. Bangun tidur, waktu terbaik untuk mengecek hormon human chorionic gonadotropin (hCG) kulakukan dengan hati berdebar. Hasilnya?
Jadi jika positir maka akan berubah mengental, kalau tidak ada perubahan ya berarti negatif.
Hasilnya negatif. Nah kan kecewa, hhaa. Kemudian menjelang siang, saat kewarasanku membaik aku mulai menyadari bahwa ini tak bisa dijadikan patokan, sebab tak ada ukuran pasti berapa ml air seni juga berapa banyak garam yang harus dicampurkan.
Ternyata suamiku sadar akan tanggal haidku dan mulai bertanya, yah ga jadi kasih kejutan deh. Mengakulah aku namun masih belum percaya diri untuk membeli test pack karena telat haid baru beberapa hari saja, suamiku menenangkan dan berulang kali mengatakan tak ada masalah apa pun hasilnya nanti. Alhamdulillah yah, punya suami yang pengertian.
Gemasnya dalam hati untuk segera tahu, maka ketika suami bekerja dan aku pulang dari tempat les mampirlah ke apotek. Paginya melakukan test sesuai dengan petunjuk. Sekejap saja hasilnya keluar, taraaaa....
Iyuuup, alhamdulillah aku positif. Hasil ini membuat suami jelas terkejut, kan ia tahunya aku belum beli test pack, hhee. Maaf ya itu aku foto setelah satu bulan, jadi garisnya ga jelas dan memudar.
Setelah ini akan banyak cerita seru lainnya yang membersamai waktu-waktu menanti buah hati. Insya Allah tulisan ini sebagai rekam jejak kelak dan sedikit berbagi informasi untuk para calon ibu yang tenagh menanti buah hati.
Salam sayang dari saya.
Posting Komentar
Posting Komentar