Di
antara karakter muslimah adalah memiliki sifat penyayang, karena dia mengetahui
bahwa kasih sayang yang diberikannya kepada orang-orang yang berada di
sekelilingnya merupakan faktor yang menyebabkan dirinya mendapatkan rahmat
kasih sayang dari Allah SWT, seperti yang dijelaskan dalam hadist Rasulullah
SAW berikut ini,
”Sayangilah makhluk yang ada di
bumi, maka yang ada di langit akan menyayangimu.”
(HR Imam Thabarani)
“Barangsiapa yang tidak menyayangi
orang lain, maka Allah tidak akan menyayanginya.” (HR
Imam Thabarani)
Rasulullah
SAW merupakan salah satu teladan dalam hal kasih sayang yang murni, bahkan
apabila mendengar tangisan bayi saat beliau mengimami shalat, maka beliau
memendekkan shalatnya sebagai penghormatan rasa kasih sayang ibunya yang ikut
shalat.
“Sesungguhnya aku hendak
mengerjakan shalat dan berniat memanjangkan bacaan, lalu aku mendengar tangisan
anak kecil, maka aku pendekkan shalatku itu karena aku tahu betapa gelisahnya
perasaan ibunya akan tangisan anaknya itu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Wilayah
rahmat kasih sayang Rasulullah SAW telah meluas ke seluruh jiwa kaum Muslimin
dan Muslimat, di mana beliau tidak membatasi kasih sayang hanya pada manusia
saja, tetapi juga mencakup kasih sayang terhadap bnatang.
“Ketika seorang laki-laki merasakan
haus dalam menempuh perjalanan, tiba-tiba dia mendapatkan sebuah sumur.
Kemudian dia menuruni sumur itu dan minum, setelah itu dia keluar darinya,
ternyata ada anjing yang menjulur-julurkan lidahnya karena kehausan. Lalu orang
itu berkata, ‘Anjing ini merasa kehausan seperti yang saya rasakan.’ Maka dia
pun segera turun sumur kembali dan mengisi terompahnya dengan air, kemudian
menyodorkannya ke mulut anjing itu sampai merasa kenyang. Maka Allah bersyukur kepadanya
dan memberikan ampunan kepadanya. Selanjutnya para sahabat bertanya, ‘Wahai
Rasulullah, apakah kita mendapatkan pahala atas kasih sayang yang kita berikan
kepada binatang?’ Beliau menjawab, ‘pada setiap hati yang basah terdapat
pahala.’ “ (HR. Bukhari dan Muslim)
Antonim dari penyayang adalah tidak perduli,
menelantarkan, membiarkan. Jelas ini bukan karakter yang Rasulullah SAW ajarkan
kepada umatnya. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam bukunya yang berjudul Al-Adabul-mufrad pada suatu ketika Rasulullah SAW singgah di
suatu tempat, ada seekor burung yang hinggap di atas kepalanya, seakan-akan
burung itu akan melaporkan tentang perbuatan aniaya yang dilakukan oleh
seseorang dengan cara mengambil telurnya. Lalu Rasulullah SAW bertanya,
“Siapakah di antara kalian yang mengambil telur burung ini?” Maka ada seseorang
menjawab. “Wahai Rasulullah, aku yang telah mengambl telurnya.” Akhirnya beliau
bersabda, “Kembalikan telur itu sebagai kasih sayang kepadanya.”
Dari
Ibnu Umar,bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Ada seorang wanita yang disiksa
karena mengurung seekor kucing sampai mati karena kelaparan, karenanya dia
masuk neraka.” Dikatakan kepadanya, “Engkau tidak memberinya makan dan minum
pada saat mengurungnya, tidak juga melepaskannya sehingga kucing itu bisa makan
beberapa binatang bumi.”
Adapula
kisah tentang seseorang yang batal diangkat menjadi pimpinan sebab tidak pernah
mencium anaknya.
Pada
saat Umar Bin Khaththab ra hendak mengangkat seseorang menjadi pemimpin bagi
kaum Muslimin, beliau mendengar ucapan Aqra’ yang mengatakan, “Sesungguhnya dia tidak pernah mencium
anaknya.” Lalu Umar pun membatalkan pengangkatannya itu seraya bertutur, “Jika dirimu tidak menyayangi anak-anakmu,
lalu bagaimana mungkin kamu akan menyayangi orang lain? Demi Allah, aku tidak
akan pernah mengangkatmu menjadi pemimpin, lalu beliau merobek buku
pengangkatan yang sudah dipersiapkan.”
Begitu
besar berkah dari rahmat kasih sayang itu. Betapa indahnya sifat itu bila
senantiasa menjadi perhiasan yang menghiasi manusia. Cukuplah kemuliaan,
ketinggian dan kehormatan bahwa dari sifat rahmat kasing sayang itu Allah,
Rabbil-Izzati telah mengambil untuk Nama-Nya, Ar Rahman dan Ar-Rahim.
Nice post!... menarik dan inspiratif banget :)
BalasHapus