Ada manusia yang sedang merasa tersudut, segala usaha untuk mencari solusi terbentur keadaan, tak ada jalan lain kecuali meminta pertolongan. Satu demi satu rumah ia datangi, berharap ada sedikit bantuan yang mampu melonggarkan peliknya derita hidup. Tak pandang bulu, dari pejabat desa hingga rakyat jelata, semua ia coba. Nihil.
"Halah, kamu lagi. Sudah berkali-kali datang, ga punya malu. Kerja sana jangan cuma minta."
"Naaah, kan bener. Pasti minta bantuan lagi. Heran, ga ada usahanya sama sekali. Ngrepotin tetangga aja."
"Rakyat saya itu bukan cuma kamu, keluarga yang butuh bantuan juga tak terhitung jari. Sudah sana pulang, nanti kalau ada ya dikabari."
"Ealah, hobi kok ga berubah. Sekali-sekali itu bermanfaat buat orang lain, bisanya cuma buat senewen."
"Sama, kondisi kita sama. Kamu minta apa? Coba cari di dalam rumah, ga ada, ga bakal ada, wong aku ya ga punya apa-apa."
Kepala serasa mau pecah, sudah tidak tertahankan. Urat malu yang ia buang jauh-jauh nyatanya kembali datang menghampiri. Harus kemana?
Kembali ia ke dalam rumah, sejauh mata memandang tak ada apa-apa yang bisa dibanggakan. Lalu selembar sajadah ia hamparkan. Sudah, berkali-kali dalam sehari ia meminta pula tapi sama saja tak ada hasil. Tak ada lagi kekuatan, perlahan lelehan hangat mengalir membelah pipi. Jika saat ini ia mati sungguh itulah yang diharapkan.
Sayangnya tidak. Sayup-sayup ia mendengar, bukan suara namun sesuatu yang menjalar hangat. Genangan air mata tak coba ia bendung justru mengerahkan sekuat tenaga untuk mengeluarkan semuanya. Salah, selama ini ia salah. Kini, ia berada di tempat yang tepat, dihadapan Dzat yang Maha Segala. Meminta pasti diberi, berdoa pasti dikabulkan, kekurangan akan dicukupkan. Apa lagi yang ia butuhkan?
Keyakinan, iya ... keyakinan bahwa hanya Dia tempat bergantung.
Betapa Tuhan berbahagia ketika hamba-Nya datang untuk meminta, semakin sering justru semakin sayang. Tuhan begitu cinta kepada hamba yang sering kembali, hamba yang sadar bahwa ia membutuhkan Tuhan Sang Pencipta.
Tiada doa terabaikan semua dikabulkan, seringnya manusia yang salah paham. Tuhan memberikan pertolongan pertama dengan menurunkan ketenangan di dalam hati. Seperti Bilal yang yakin akan Tuhannya, terpaan siksa dari majikannya tak sebanding dengan ketenangan hati yang Tuhannya turunkan. Begitupun para pejuang di palestina, gaza, suriah, dan kaum muslim di seluruh dunia, mereka memiliki ketenangan hati yang Tuhannya turunkan sehingga segala kedzaliman yang menerpa tak membelokkan keyakinan akan pertolongan Tuhannya.
Jadi... seyakin apa kita kepada Rabbul 'alamin, Tuhan seluruh alam?
Seyakin apa? Pertanyaan yg menampar ðŸ˜
BalasHapusterima kasih kak informasinya... mampir2 ke blog ana juga yaa
BalasHapus