Saya langsung menuju rak kayu setinggi kurang lebih dua meter di perpustakaan. Banyak buku berjajar, warna-warni seperti pelangi. Pilih lalu pulang.
Iyup, saya pilih buku cerita untuk anak-anak. Ga sembarang pilih loh, nih 3 alasannya :
1. Bukunya tipis, jadi ga kehabisan waktu buat nyleseinnya, hhaa.
2. Banyak gambar yang otomatis sedikit tulisan, hhaa.
3. Nah, ini alesannya agak bener. Saya penasaran aja sama cerita anak. Ternyata ga ada perbedaan cerita anak di indonesia dengan di luar. Sederhana.
Tapi ya itu... sesederhana itu saja ga bisa buat, hikss... sederhana di sini tidak sembarang sederhana ternyata.
Menulis cerita anak sama seperti menulis novel. Mendalami karakter tokoh. Jadi ya harus berpikir layaknya anak kecil, ga perlu blibet pakai diksi yang tinggi. Metafora segala macem. Muter-muter ga jelas ujungnya. Satu kalimat aja bisa satu paragraf nulisnya, hhiii.. ga gitu.
Cerita anak, dalam satu kalimat bahkan dilarang terlalu panjang. Iya, kan yang bakal baca anak-anak. Kalaupun orang tua, mereka juga bacain untuk anaknya kan? Puyeng deh klo disodorin tulisan panjang yang entah dimana ujungnya buat ketemu titik, hhee.
Ya begitulah... setiap karya ada ilmunya. Dan ilmu itu harus dicari, dipelajari, ditekuni baru bisa jadi ahli. Setuju gengs??
#RCO
#OneDayOnePost
Posting Komentar
Posting Komentar