_Nikah yuk, Ci._
Aku melongo. Serius. Tapi melongo kece gitulah. Melongo ga keliatan giginya.
_Aku yakin sama kamu saat pertama kali ketemu._
Kali ini sedikit meringis.
Sudah cukup, hhee. Nanti kebongkar lagi redaksi aslinya, hhoo.
Sudah lama aku bebas baper ketika banyak undangan pesta pernikahan berdatangan, ga ada lagi hasrat yang muncul ketika membaca waktu akad. Berlalu dengan senyum dan doa tulus untuk kedua mempelai.
Apa sebab?
Aku mengalami titik balik di mana pernikahan menjadi sesuatu yang membuatku tiba-tiba tersudut.
Apa itu?
Tidak akan aku ceritakan. Sebab apa pun itu kebanyakan kalian akan menasehati, yah dan sayangnya untuk saat ini nasehat justru akan membuatku semakin menarik diri. Tolong hormati, ada saatnya manusia memiliki peliknya sendiri.
Lagi pula tak usah kalian, teror datang dari mana-mana. Biar kujabarkan satu-satu.
Saat di tempat kerja, larik-larik dangdut memenuhi udara.
_Yen gelem tak jak rabi yen rak gelem tak jagongi. Sing ra penting pikir keri_
Lah... hal yang aku anggap penting belum tentu sama dengan dia, kan?
_Mangan karo telo penting aku karo koe. Tuku lombok utang neng tonggo penting aku karo koe. Opo wae aku lilo penting aku karo koe..._
Hhii... ini ga masuk akal, jangan tanya kenapa dan tolong tidak usah diresapi pula maknanya.
Satu lagi. Dilarang bertanya kenapa saya sampai hafal lirik lagu tersebut.
Sosial media pun gencar memunculkan gerakan nikah muda.
Baper? Enggak. Pengen unfollow tapi ga jadi, masih banyak hal bermanfaat yang mereka posting sih.
Eh, entah karena apa pak ustad lagi ceramah.
_Jika datang kepada kalian lelaki sholeh untuk meminang putri kalian maka jangan ditolak_
Nah... ada yang mau coba? Silahkan. Tapi ya terima aja kalau bapak belum kasih restu.
Apa pun yang orang lain lihat sungguh aku sedang menutupi banyak hal.
Jadi kumohon... berhentilah mengajakku untuk menikah. Karena hal baik yang harus disegerakan tersebut tidak menjadi resolusiku di tahun 2018.
Bagaimana dengan tahun depan?
Coba saja. Itupun jika aku masih ada di dunia.
---------------
Silahkan berkomentar dilarang melempar pertanyaan, hhaa.
Posting Komentar
Posting Komentar