"Ci, pacaran sana. Tak kasih uang saku minimal seratus ribu."
Suara biasa namun terdengar keras karena pagi yang masih hening itu seolah sebuah perintah untukku menghilang.
Cling....
Si Om akhirnya ngobrol sama guling, hhhaaa.
Aku tahu bagaimana sayangnya Si Om pada kami. Aroma kekhawatiran jelas sekali, tapi pagi ini harum kepel mengalahkan semuanya. Segera aku membuka bungkusan plastik putih dan mulai memasukkan satu persatu tepung goreng itu ke dalam mulut.
"Kamu minta berapa deh? Tak kasih."
Eh loh, kok Si Om muncul lagi sih. Perlahan dengan dalih mengambil gelas aku mlipir ke dapur.
Bagaimana yah cara menjelaskannya. Perbedaan keyakinan dalam pengambilan keputusan pasti akan memperuncing masalah ini. Jika seratus ribu bagi Si Om menjadi jalan keluar, maka menurutku itu justru memperumit hasil akhir.
Dua rekaat penentu akan aku tunaikan nanti, ketika diri telah siap dengan segala konsekuensi. Semoga tak ada hati yang merasa didzalimi.
Dan uang seratus ribu Si Om... sini, tak pake nya beli kepel buat teman-teman satu pabrik, hhhaaa.
Posting Komentar
Posting Komentar