Mungkin bukan sekadar firasat, ada campur tangan ratusan malam yang dilewati bersama untuk memunculkan desiran aneh dalam dada.
Bisa juga pada tempat-tempat luas yang bentang alamnya menjadi saksi bisu akan waktu yang abadi dalam ingatan.
Atau gesekan-gesekan kecil di mana bara api menjadikan celah antara satu sama lain.
Tunggu, tentang sebuah ruangan bawah tanah, whiteboard, modul?
Petikan gitar dengan lirik-lirik yang tak utuh dihapal?
Susu segar yang lebih banyak komposisi santannya? Tusuk sate? Berbagai macam rupa gorengan? Pisang karamel?
Tanyakan pada mereka karena apa.
Satu dua memori terekam abadi, beberapa terpanggil saat desau angin membisiki cuping telinga.
Apalagi? Coba tanyakan pada mereka karena apa.
Ratusan kilometer yang telah ditekuri? Pasir-pasir pantai yang menempel? Matahari yang terbit juga tenggelam?
Apalagi? Coba tanyakan pada mereka karena apa. Aku menyerah sampai di sini. Logikaku tetiba berhenti. Hangat menjalar ke seluruh tubuh.
Tak sama banyaknya dengan dulu, berkurang lebih waktu yang dihabiskan bersama. Kembali lagi tentang firasat, benarkah tak ada hal lain yang mendukungnya untuk terjadi?
Tanyakan pada mereka, sebab apa meyapaku di hari yang sama di saat seluruh raga terselimuti rasa panas dan mata memerah?
Baiklah. Kusudahi segala praduga ini. Ijinkan aku menikmati kehadiran mereka meski tak bertatap muka.
Tuhan, jaga mereka. Sampaikan rasa terima kasihku atas hal-hal kecil yang karenanya aku merasa ada yang memperhatikanku di dunia ini.
Qidiih bahasannya kak Chili beraat ueeey
BalasHapusDiksinya keren....
BalasHapusBang Syaiha
hahaha jadi pengen nyanyi firasatnya dee lestari
BalasHapusAgak beda tulisan cili Kali ini..
BalasHapusAbsurd
Wow, keren 👍
BalasHapus