Aku mengangguk.
"Siapa... siapa?"
"Dia, satu diantara pengikut semua akun sosial mediamu."
Wajahnya menunduk, "Teman-teman penulis, kami saling mengikuti."
Berdiri dia dari bangku panjang di sudut warung makan siang ini, sudah lewat jam istirahat pabrik, suasana sunyi. Tiga langkah ke depan balik kanan dua langkah maju. Telapak tangan kanannya menopang dagu, tangan kiri berkacak pinggang.
"Tolong sampaikan padanya."
"Apa?" Tanyaku antusias.
"Jangan lupa minum obat, semoga lekas sembuh."
Tawa membahana di warung makan, hanya ada kami berdua dan Budhe Muji yang sedikit melonjak dengan polah kami.
Kenalkan, Laya, temanku, pengarang yang selalu tak percaya bahwa ada-di luar sana- yang mengagumi karya juga sosok riangnya.
Hai Laya, percaya saja, kau punya penggemar.
Aku belum kenal Laya, sampaikan salam kenalku untuknya Mba Cian...
BalasHapusaku kenal laya(ngan) sejak kecil loh, salam rindu ya kak ci buat dia..
BalasHapusHalo, laya. Ingin kenal denganmu^^
BalasHapusGelar tikar nyimak kisah laya selanjutnya
BalasHapus