Aku baru saja hendak menarik dua garis lesung setelah sebelumnya terpesona oleh karya Tuhan yang terindah, kamu.
Lalu lalang orang menjadi figuran, kita sebagai pemeran utama. Tak ada yang beranjak untuk saling menghampiri hanya melempar pandangan satu sama lain.
Andai saja aku tahu apa yang akan terjadi... tapi masa depan selalu menjadi misteri kan?
Suara pembawa acara menggema di panggung, menjadi pengawal dari kebahagiaan dua mempelai. Tak jelas ia berkata apa, duniaku sudah berpusat di satu titik, kamu.
Belasan pemuda dengan baju seragam hilir mudik dengan nampan di tangan. Jamuan untuk tamu mengalir mengisi meja-meja. Ucapan silahkan menikmati menjadi keharusan berbasa-basi.
Dalam gerakan lambat, setelah menata hati yang berdetak cepat, aku tersenyum. Mengerahkan segala upaya agar kamu yakin bahwa ada seseorang yang mengamatimu sedari tadi.
Tidak... aku tidak meminta lebih. Balas saja senyumku dengan senyummu atau sekadar anggukan agar aku yakin bahwa sejak tadi pun kamu memperhatikanku.
Riuh suara alat musik mengiringi penyanyi menyuarakan lirik. Dalam keramaian yang penuh rasa haru aku tergugu.
Kamu menjawab senyumku dengan memalingkan muka.
Posting Komentar
Posting Komentar