Jujur, enggan rasanya beranjak dari rumah mengingat raga masih butuh waktu setelah berjuang dengan demam tinggi juga sakit kepala berhari-hari. Namun tak tega juga jika harapan kakak harus pupus begitu saja. Maka jalan tengah dari masalah ini adalah mencari tempat yang tidak terlalu jauh namun meninggalkan kesan yang mendalam.
Gunung Api Purba Nglanggeran menjadi tujuan kami.
Obyek wisata yang terletak di gunung kidul tersebut dapat ditempuh sekitar satu setengah jam dari rumah dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Meski ini kali kedua bagi saya namun soal mengingat jalur saya bukan ahlinya. Mengandalkan aplikasi map kami meluncur menuju Gunung Kidul.
Jalur yang kami pilih adalah jalan utama solo-jogja hingga lampu merah prambanan belok kiri. Setelah itu mengikuti petunjuk jalan yang mengarah ke Wonosari. Hingga tak berapa lama jelas tertera arah menuju obyek wisata yang kami tuju pada papan petunjuk jalan.
Mudah sekali, kami hanya mengikuti petunjuk jalan tersebut dan sampai tempat tujuan tanpa tersesat bahkan tanpa meminta bantuan google maps. Luar biasa.
Sesampai di sana, para penunggu basecamp membantu memarkirkan sepeda motor dan memberikan arahan untuk pendaftaran. Semua tertata dan cepat dilakukan. Semua petugas menggunakan seragam, sangat terorganisir.
Setelah melaksanakan shalat dhuhur kami mulai menapaki jalur pendakian yang di sambut dengan bangunan beratap joglo. Awal pendakian info-info seputar Gunung Api Purba terpampang dalam pengumuman berkaca. Petunjuk-petunjuk jelas berdiri di pinggir-pinggir jalur. Semua ajakan untuk menjaga kebersihan, ucapan selamat datang, petunjuk pos berikutnya tertulis rapi dan terangkum dalam bahasa yang anak muda banget.
Mungkin ini dikarenakan pengelola Gunung Api Purba dipegang oleh pemuda di sekitar obyek wisata, mereka sangat tahu apa yang membuat pendaki tertarik bahkan mengulum senyum hanya dengan membaca petunjuk yang kekinian.
Dalam papan pengumuman tertera bahwa pendakian normal hanya satu sampai satu setengah jam namun nyatanya kami menghabiskan waktu hampir dua jam. Tempat-tempat unik yang sengaja diciptakan tak mungkin kami abaikan tanpa terbingkai dalam kamera.
Jalur-jalur unik banyak kami temui seperti jalur sempit yang seolah terbelahnya bukit batu menjadi dua, sangat sempit dan gelap. Ada rasa was-was saat melewatinya untung saja tidak terlalu panjang hingga sinar matahari kembali menerpa wajah. Lorong sempit yang kedua lebih panjang dan dilengkapi dengan tangga yang terbuat dari bambu sebab jalur mendaki. Tak kalah was-was namun tak ada jalur lain lagi.
Berbagai pernak-pernik sengaja di buat untuk menarik pengunjung seperti sarang burung raksasa yang bisa diisi lima orang dewasa, suasana purba yang membakar hewan buruan, terlepas dari itu pemandangan alam gunung kidul yang didominasi oleh bukit-bukit hijau sudah membuat diri tak henti berdecak kagum.
Bendera merah putih berkibar oleh angin di puncak gunung. Suasana yang tak begitu ramai membuat kami tak kesulitan untuk mengabadikan moment. Sempurna sudah perjalanan kali ini terlebih kami menemukan jalur cepat saat menuruni Gunung Api Purba yang hanya 700 mdpl ini, kurang dari tiga puluh menit kami sudah kembali ke basecamp.
Tubuh tidak begitu lelah, hari masih cerah saat akhirnya kami pulang ke rumah. Ratusan foto menyimpan sejuta kenangan dan menjadi saksi bahwa alam Indonesia, anugerah Tuhan yang luar biasa.
Obyek wisata ini tak ada cela, semua diperbaiki seiring waktu, memberikan kenyamanan bagi setiap pengunjung. Tak heran siapa pun yang sudah pernah datang akan kembali untuk mengulang.
Satu lagi yang aku suka saat mendaki yang jarang bahkan tidak ditemui di lain tempat yaitu bertemu dan akhirnya mendapat teman baru saat di jalur pendakian atau di puncak :)
Happy hiking.
ikut pulang kampung ?😂
BalasHapusmau piknik :(
BalasHapusKayak e apik. Perlu kesana kayaknya pas ke jogja lagi
BalasHapus