Bangun
tidur tadi, saat membuka mata istriku hilang entah kemana,
anak-anakku pun tak terdengar suaranya. Pembantuku, sopirku, tukang
kebunku, semua yang biasa meramaikan rumah seolah sepakat untuk
menjadikannya sunyi. Bukan itu saja, mobil sport keluaran terbaru
yang baru saja aku beli tidak ada di garasi, sepeda motor yang biasa
berjajar kini entah dimana.
Gerbang
rumah setinggi dua meter pelan aku buka, cukup berat ternyata, maklum
saja selama ini aku hanya membunyikan klakson dari dalam mobil dan
mereka, orang-orang yang aku bayar akan bergegas membukakannya.
Berat
kaki melangkah, bingung, linglung entah ke mana tujuan aku keluar
rumah pagi ini.
Taksi
yang biasa terparkir di sepanjang jalan perumahan ini tidak tampak,
begitupun tukang ojek yang biasa mangkal di samping portal. Mustahil
menyewa transportasi online sebab gawaiku juga raib.
Di
bawah pohon yang entah apa namanya, lagian perduli tentang nama
pohon, aku bersandar, matahari terik membakar kulitku. Hem lengan
panjang beserta jas juga dasi yang biasa aku kenakan juga lenyap tak
bersisa, lemari tempat baju-baju dengan merk kenamaan yang tergantung
wangi itu hanya berisi udara. Baru aku akan melirik pergelangan
tangan dimana biasa terlingkar jam buatan Swiss yang terkenal akan
akurasi dan keahlian untuk komplikasinya, Pathek Phillipe,
mencocokkan waktu dengan panas menyengat ini, nihil, barang pemberian
dari rekan kerja tersebut juga tidak ada di situ.
Berdiam
diri terlalu lama membuatku gila, maka aku beranjak.
Berat kaki melangkah, bingung, linglung entah ke mana tujuan aku
keluar rumah pagi ini.
Aku
tiba di trotoar, memandang jijik kepada para tangan tengadah yang
memenuhi area pejalan kaki tersebut, membuat pemandangan kota menjadi
kumuh tak lagi mewah. Tak jauh dari situ pemulung dengan karung besar
dan tusuk besi sepanjang satu meter tengah mengaduk-aduk tempat
sampah, mengeluarkan semua isinya dan tak bertanggung jawab untuk
memasukkannya kembali, dasar orang tak tahu adat.
Lampu
merah menyala namun satu dua tiga bahkan sepuluh kendaraan masih
melaju, beradu cepat dengan kendaraan dari sisi yang berlawanan,
dasar manusia perebut hak orang, kalau begini bagaimana bisa aku
menyebrang? Maka aku menunggu lagi. Di sela-sela waktu itu aku
melihat seorang ibu menggendong anaknya yang terlelap berusia sekitar
dua tahun, berjalan dari mobil satu ke mobil lainnya membawa botol
bekas air mineral yang berisi kerikil lalu menengadahkan tangan
setelah menggumamkan nyanyian tak jelas.
Aku
mengutuk orang-orang dalam mobil yang mengangsurkan uang, mereka
terlalu buta untuk melihat makanan cepat saji dan kaleng-kaleng susu
yang berserak di mana ibu tersebut beristirahat saat lampu hijau
menyala.
Aku
berhasil menyebrang jalan, kali ini aku melihat petugas kebersihan
menyapu daun-daun yang berguguran padahal angin akan menerbangkannya
kembali ke segala arah, ahh dasar payah.
Taman
kota yang berada di pinggir jalan utama itu penuh dengan sepasang
manusia di setiap bangkunya, entah apa yang mereka lakukan dengan
tubuh menempel tak ada jarak walau sesenti itu. Kuurungkan niat untuk
beristirahat di sana.
Langit
tiba-tiba berubah kelabu, angin bertiup semakin kencang, semua
berlarian menuju tempat yang dirasa aman, aku? Aku terus berjalan,
tak perduli hujan akan turun.
Berat
kaki melangkah, bingung, linglung entah ke mana tujuan aku keluar
rumah pagi ini.
Gedung
pencakar langit menjulang di depanku, leherku sakit demi ingin
melihat tiga angka yang berada di bagian teratas gedung, aku mulai
ingat, ini tempat terakhir yang aku kunjungi sebelum semuanya
menghilang.
Satu
persatu ingatan kembali, keringat dingin bercucuran, tubuhku berat
tak mau melangkah, semua yang kucari telah kutemukan, kenyataan
terhidang di depan mata tentang sesuatu yang melenyapkan segalanya.
Kemarin
aku tampil di setiap media massa, televisi, menjadi headline news di
setiap berita, wajahku terpampang besar-besar, dengan tulisan yang
tak kalah besar, Terduga Kasus Korupsi.
Kini,
aku tak perlu bingung mencari kemana, media... ya media... pelakunya.
Aku kehilangan segala karena media.
kerennn ....
BalasHapusbtw mediane bener ora britane?πΈπππ
Ihh badaiii ini mh bikin penasaran hha
BalasHapusKeren cili
BalasHapusWoww....
BalasHapusWarbisyah ππ