Matahari
belum sempurna menampakkan sinarnya namun engkau sudah gelisah berada
di depan rumahku. Senyum hangat menyambut kedatanganmu, tahu kah aku
bahkan sudah mandi.
Selalu ada
ceria tentang hadirmu, aku suka.
Masih di
atas motor saat engkau mengangsurkan plasik hitam yang segera aku
terima. Perlahan dan seksama membaca nama yang tertera. Mulutku yang
terngaga sulit sekali untuk menutup, terpaksa telapak tangan kanan
mengambil alih tugasnya.
Senyum
darimu menjawab semua, ini nyata.
Ahh, andai
bisa kuabadikan, harusnya engkau tahu betapa berbedanya mimik wajahmu
itu. Aku terlalu sibuk mencerna ini semua.
Kita duduk
di teras, undangan itu berserak di atas meja, aku membuka satu atas
namaku. Mataku berloncatan cepat membaca tiap baris pemberitahuan
tempat walimahan, tanggal dan tentu tak lupa jam pelaksanaan.
Sekali
lagi, nama mempelai.
Aku
menjerit tertahan, tidak percaya, tapi kembali engkau tersenyum
mengiyakan.
Hingga
mungkin jengah, engkau kembali menjadi pribadi tak tahu malu di
hadapanku, tertawa terbahak-bahak akan keherananku.
Baiklah,
aku mulai tersadar. Satu persatu pertanyaan terlontar dan engkau
menjawab dengan malu-malu.
Aku bahagia
untukmu, sungguh, andai kau wanita sudah kupeluk erat tubuhmu.
“Aku
share grup kelas ya?”
Gelengan
cepat menjadi jawaban. Aku terkikik.
Ahh,
terimakasih ya telah percaya padaku untuk menyampaikan berita baik
ini. Kawan, aku belajar banyak padamu akan satu hal. Nanti dulu lah,
sekarang aku harus memberikan doa semoga Allah membersamaimu hingga
acara selesai, memudahkanmu melafalkan akad hingga halal wanita itu
untuk berada di sampingmu.
“Insya
Allah aku datang.”
Engkau
tersenyum mengangguk.
Bagaimana
bisa aku tidak datang, aku ingin melihat sosok wanita itu, seseorang
yang membuatmu berani berkomitmen dalam hitungan jari satu telapak
tangan. Padahal engkau, yah, aku masih tidak percaya. Kenapa engkau
yang lebih dulu?
Oh ya,
inilah akhir yang harus aku sampaikan. Terimakasih ya sudah
menunjukkan kebesaran Allah langsung padaku. Teguran keras bahwa
kitab suci bukan hanya untuk dilafalkan secara tartil, lebih dari
itu, banyak ayat yang harus dipelajari kemudian diamalkan.
Sebuah
ketentuan yang pasti.
Aku
bercermin, menatap dalam kedua mataku sendiri.
Hey,
kamu, yang dengan bangga menyatakan diri beriman. Umur, Rezeki, Jodoh
dan Kematian yang sudah tertulis pasti... kenapa masih selalu ragu akan hal itu?
-----++++------
Teruntuk teman-teman Ipa 1, tulisan ini untuk melengkapi rasa penasaran kalian. Hhii, maaf yah, saya hanya menjalankan amanah tapi gatel juga kalau ga buat rusuh grup. Aku hanya ingin melihat ekspresi kalian saat membaca nama mempelai.. luv u all.
Barakallah, untuk yang akan menikah...
BalasHapusSemoga yang teramat merindukan hari itu (siapapun itu) , lekas Allah jumpakan dengan ia yang tertulis untuk hidup bersama.
Kerana jodoh telah pun Allah tetapkan waktunya...
Ehm,