Aku tertawa dalam hati, penduduk asli memaggil siapapun dengan sebutan kakak, berapapun usia mereka terpaut.
Jauh dari hiruk pikuk kota, aku berada sekarang, mencari arti kemajuan dalam benak orang-orang pedalaman. Sebuah rumah panggung di tengah hutan menjadi tempat bermalam beberapa hari ke depan.
Kepala suku telah memberikan wewenang kepada Bretus untuk menunjukkan segala hal kepadaku, anak laki-laki berambut ikal, berkulit legam namun baik luar biasa.
"Apa kakak suka?"
"Suka sekali."
Bangunan ini luas, seperti aula, tidak banyak sekat. Di pojok ruangan ada kamar dengan ranjang dan meja kecil, itu yang akan menjadi kamarku.
"Istirahatlah kakak, nanti sore aku kemari lagi."
Aku memasang kelambu, saran dari teman agar tenang saat tidur.
Sorenya Bretus benar-benar datang, aku baru saja keluar dari kamar saat ia mengernyit melongok ke dalam kamar.
"Kalau Kakak kasih seperti itu, bagaimana nyamuk bisa keluar? Bukalah, Kakak."
Lucu? sesaat iya, tapi miris.
Oleh-oleh dari Indonesia Timur.
Papua ya, Kakak?
BalasHapusIya kakak. Logat orang timur.
BalasHapusKeren...
BalasHapusKeren.
BalasHapusHemmm jadi???
BalasHapusKakak, beta senang air sodekat
BalasHapus