"Kenapa? Sebentar lagi adzan subuh berkumandang, dia akan bangun."
"Duduklah, kuceritakan tentang makhluk yang sombong."
"Tapi, santapanku?"
"Dia tidak akan kemana-mana, percaya aku."
Keduanya duduk berdampingan, memandang ke satu arah, makhluk yang sedang meringkuk dalam selimut, matanya terpejam, desah nafasnya berat.
"Lihatlah dia, makhluk itu sangat sombong."
"Apa yang membuatmu mengatakan itu?"
"Baru kemarin dalam angannya ia menuliskan banyak hal yang mampu ia lakukan."
"Itu optimis, kawan."
"Itu sombong, sebab dia tak menyertakan penciptanya dalam rencana hidupnya."
"Berani sekali."
"Itulah, sebagai makhluk berakal, sering dia lupa bahwa kehidupan bukan dalam genggaman tangannya sendiri."
"Lalu, ada apa dengan calon santapanku itu?"
"Dia baru saja berniat untuk menjelajah setiap jengkal negeri, tapi sakit kepala yang tiba-tiba hadir membuatnya tak mampu membuka kelopak matanya."
"Sakit kepala?"
"Iya, sakit kepala. Bagaimana bisa mereka sombong?"
"Ahh, kau berlebihan. Aku butuh makan sekarang, sudah boleh?"
"Hisaplah, darahnya mungkin tak semanis biasanya. Bukan karena dia sakit, tapi karena dia sombong."
"Kalau begitu aku cari mangsa yang lain saja."
"Lebih baik sepertinya, Sang Pemilik Malam saja benci terhadap makhluk sombong seperti dia. Aku juga tidak mau dekat-dekat dengan makhluk itu."
Mereka berdua terbang menjauh, meninggalkan seonggok daging bernyawa yang entah masih bisakah dia membuka mata di hari esok.
Nyamuknya pinterr
BalasHapusAku berarti gak sombong soalnya digigitin nyamuk terus 😂😂😂
BalasHapusaihhh, pesan moralnya bagus banget 'selalu melibatkan Sang Pencipta dalam setiap rencana'
BalasHapusKereeen, suka
BalasHapusnyamuknya ngobrol
BalasHapusnyamuknya ngobrol
BalasHapus