"Keujanan ya, Mbak?" tanya petugas saat melihatku melepaskan jas hujan.
"Enggak Mas, tadi ulang tahun jadi disiram air."
Ya begitulah kira-kira. Ada lagi yang lebih tidak masuk akal.
Baru saja kakiku menapak tanah saat seseorang menghampiriku, "Mau kemana, Mbak?"
"Mau nonton bioskop, Pak," jawabku dengan wajah sinis dibuat-buat.
Beliau tertawa, "Seberang sana Mbak bioskopnya, kalau di sini jual es batu."
Aku menyeringai, berlalu tanpa berpamitan, toh nanti setelah transaksi dengan teller selesai kami pasti berjumpa lagi di tempat parkir.
Beda cerita dengan teller yang kesemuanya memiliki bahan obrolan khas masing-masing.
Mbak ratih yang umurnya hanya beberapa tahun di atasku akan mengajukan pertanyaan tentang drama korea yang baru tayang, karena aku tak tahu apa pun kecuali lee Minho maka dia yang banyak bercerita dan aku yang mendengarkan.
Mbak fany, ibu muda dengan tiga anak. Dia selalu memberi masukan agar aku merias wajah, "Nanti kukenalkan kau pada nasabah yang kaya."
Aku terkikik.
Sedang dengan Mbak Putri, kami mengobrolkan novel-novel romantis terbaru, pokoknya seru.
Satu lagi, Mbak Ceki, ia adalah teller paling cekatan yang membuatku banyak belajar cara menghitung lembaran uang dengan jari. Obrolan kami meliputi banyak hal, tapi tidak sering bercerita, aku lebih senang melihatnya bekerja.
Oh ya, terkadang ada satu teller yang membantu. Aku lupa namanya, satu-satunya teller lelaki yang jika kau di depannya maka silsilah keluarga juga perjalanan hidupnya dari Sulawesi ke Solo akan terurai.
Ahhh, menyenangkan mengingat masing-masing dari mereka. Ini baru satu tempat dari beberapa yang setiap hari harus aku kunjungi. Semoga dilain kesempatan aku bisa membaginya dengan kalian yah.
Hahaha dik ci ketularan gokil
BalasHapusHahahah. ngapain berkeliling De?
BalasHapusHahahah. ngapain berkeliling De?
BalasHapus