Alkisah di sebuah kandang ayam terdapatlah empat manusia. Mereka bernama Nana, Nini, Nunu dan Nono. Tempat ini meskipun disebut sebagai kandang ayam namun tak ada seekor pun ayam yang terlihat, hanya kadang terdengar satu atau lebih manusia mengobrol satu sama lain dengan menyebut kata “ayam” di dalamnya.
“Ayam mati kemarin berapa ya?”
“Vaksin Gumboro itu untuk ayam kandang berapa ya?”
“Ayamnya umur brapa sih kok telurnya besar-besar?”
Nah, di atas hanya secuil hal yang menjadi topik harian. Entah
kenapa tak pernah bosan meski setiap hari diulang. Sebenarnya ada satu ekor
ayam namun letaknya jauh di belakang kandang, ayam ini berasal dari kampung
yang jauh disana sebab dia berbeda itulah akhirnya diasingkan bersama seekor
kelinci yang sering dipanggil PiWi. Ahh ya nama ayam itu Rembo, sering
mendengar? Pasti sebab kembar upin-ipin sering beradu peran dengan ayam jago
yang sering berulah ini.
Hari belum terlalu siang namun area sibuk sudah beralih ke
ruang makan. Beberapa kesempatan kosong
dengan jeli ekor mata melirik ruang atasan, manusia itu bergantian
beraksi, memasukkan potongan kue tart ulang tahun dua hari lalu dengan cream
juga taburan kacang almond. Makanan mahal tersebut mereka dapat dari atasan
yang berbahagia di hari jadi pernikahan perak mereka.
Dua hari? Ya siapa yang bisa menghabiskan kue manis dengan
diameter 30 cm dan tinggi 20 cm itu dalam satu hari? Bahkan mungkin lebih dari
dua hari. Ada alat ajaib dengan suhu dinginnya yang mampu membantu mereka untuk
tak terburu-buru melahapnya.
Di saat mereka tengah asyik menikmati lumeran cream itulah
Nunu berkata yang mengejutkan semua penghuni kandang, “Ada sapi.”
Semua mata memandang Nunu yang sok sibuk dengan kertas warna
merah muda, kalkulator di hadapan juga pena dalam genggaman.
Jarak ruang makan dan kantor hanya bersebelahan, bersekat
kayu tinggi satu meter sehingga wajar jika ada interaksi di kedua ruang.
“Mana, mana?” seru Nini yang kewalahan sebab cream itu
meleleh mengotori baju kerjanya.
Nana tampak anggun duduk di bangku kecil menghabiskan
gigitan terakhir kuenya.
Nono sudah buru-buru duduk di samping Nana dengan tampak
polos seolah menyadari bahwa dialah yang dimaksud Nunu, kue yang tersisa
akhirnya dia nikmati dalam diam.
“Ni, Sapi itu makannya duduk atau berdiri?”
“Berdirilah.”
Nini segera paham dengan maksud pertanyaan Nunu, ia dengan
cengiran lebar tiba-tiba sibuk mencari kursi untuk duduk, menelan paksa makanan
yang masih belum sempurna di kunyah.
Semenjak itu tak pernah ada lagi sapi yang masuk ke dalam
kandang ayam.
--------++++--------------
Based on true story.
Kawan, nasehat seperti di atas tidak bisa dilakukan terhadap
sembarang orang. Tidak mungkin menyebut sapi kepada teman yang baru dikenal satu
atau dua bulan, bukan?
Yuk saling menasehati dalam kebaikan :)
Hihihi. sapi ada yg makan duduk loh 😂
BalasHapusKalo yang duduk, gajah duduk, haha
BalasHapusHahaha...keren...
BalasHapusJadi sarung klo gajahnya duduk... Bener de ci.. Saling menasehati
BalasHapus