Sebagai
siswa baru aku harus benar-benar menjaga sikap juga prasangka terhadap
orang-orang yang ke depan akan lebih sering berinteraksi, teman satu
kelas.
Oh ya, murid
laki-laki yang tadi pagi mengataiku kini berdiam diri di kelas, tak
ada tanda-tanda ia akan keluar untuk sejenak melepas penat. Aku
sendiri menolak ajakan Agni untuk ke kantin sebab ibu sudah
membawakan bekal, ini pelan-pelan ibu kenalkan engkau pada makanan
Bandung, begitu kata beliau.
Bukan aku termasuk orang yang pilih-pilih makanan namun yah seorang
ibu akan memberikan hal terbaik untuk anaknya bukan?
Saat
di kelas hanya ada kami berdua, tak ada yang bisa aku
lakukan, jikalau ia berniat untuk melakukan hal aneh terhadapku maka
aku akan berteriak keras, pasti tak lama teman-teman di luar kelas
akan segera membantuku. Ahh, pikiran buruk ini kenapa harus datang.
Bekal
yang ibu bawa aku letakkan di atas meja, lupa apa saja nama makanan
ini padahal baru saja tadi pagi ibu memperkenalkannya padaku. Ada
beberapa, terbuat dari
singkong namun di dalamnya berisi sambel oncom, lalu ada juga parutan
singkong yang berisi gula merah. Sebenarnya makanan ini tak jauh
berbeda dengan jajanan pasar yang sering nenek belikan. Tapi tetap
saja rasanya tidak sama.
Takjub akan
makanan di depanku hingga tak kusadari murid laki-laki itu sudah
berada di bangku depanku, mau apa ya?
Bukan
tak segera membalas sapaannya namun aku benar-benar sedang berpikir
kapan ia beranjak kemari. Detik berikutnya ia mulai dengan sikap yang
tak kalah menjengkelkan, niat hati tak ingin meladeni tapi rupanya ia
gigih membuatku kesal.
Bayangkan saja dengan modus aku yang meminta ia memperkenalkan diri, Gilang. Nama
yang bagus tapi tidak untuk sikap menyebalkannya. Tak berhenti disitu
dalih aku yang memaksanya untuk mencicipi bekal malah dengan lahap ia
tak meyisakan apa pun untukku.
“Laper
apa doyan?”
Ia
mendongakkan kepalanya lalu menjawab tanpa malu, “"Bekal
makanmu lumayan enak."
Aku
tersenyum, entah firasatku mengatakan bahwa ia anak baik-baik mungkin hanya
bingung bagaimana cara memulai untuk bersosialisasi. Melihatnya
terpejam sebentar sebelum mencicipi makanan namun akhirnya ia
tandaskan kukira ia sedang berdoa juga saat ia terdiam menikmati
makanan dengan lahap, adab makan yang mengharuskan untuk tidak
berbicara selagi mulut terisi.
Ya Allah,
semoga ke depan ia tidak menjengkelkan, semoga.
Gilang,
sang ketua kelas sedikitlah ramah terhadapku.
***
Nantikan kelanjutan cerita pada puzzle berikutnya...
Aa Gilang pastinya lapar banget. Sungguh terlalu
BalasHapusHahaha...keren lah duet kalian ini
BalasHapusApakah Cili juga akan suka Gilang? Hmm
BalasHapusHihihi. Kereeen deh. Jangan2 cili juga suka haha
BalasHapus