A180
Pengeras suara di area teller menyebutkan nomer antrian, beberapa
detik berselang pemanggilan nomer tersebut di ulang dan tidak ada
nasabah satu pun yang berdiri.
A181
Belum genap tiga menit tiba aku harus segera bangkit menuju teller 2,
pandanganku lurus ke depan dan tersenyum. Paham betul bagaimana
reaksi nasabah lain di belakangku, aku tak perduli, hhaa.
“Tadi dari mana, mbak?”
“Dari tempat kerja.”
Aku menangkap kecurigaan di matanya, ahh ya hampir semua pegawai bank
ini mengenal baik diriku. Bagaimana tidak jika setiap hari aku
mengunjungi mereka untuk melakukan transaksi. Itulah mengapa
terkadang mereka tidak menyapaku dengan ucapan salam, hanya
kadang-kadang saja jika ada kepala teller di belakang mereka.
“Kok bisa?”
Binggo.
Ternyata ia mengamati aku yang
baru datang dan langsung maju ke depan teller, padahal jelas-jelas
banyak nasabah yang lebih dulu dan belum terpanggil.
Senyum
termanis aku suguhkan, “Ayo mbak buru ih, tugas numpuk nih.”
“Kasih
tahu siapa calonya.”
Aku
tertawa kecil, dalam hati jelas menolak, rahasia dong.
“Udah
buruan ahh, yang penting kan ada bukti otentik.”
Membiarkan
si embak teller
melanjutkan tugas dipenuhi rasa penasaran membuatku tak henti untuk
tertawa, dan mau tak mau harus mengajaknya beralih topik agar ia tak
menekanku dengan pertanyaan yang terus berulang itu.
Hanya
lima belas menit waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan transaksi,
segera aku bergegas untuk kembali ke rumah kedua dengan banyak telur
yang harus dihitung, ayam yang harus diperhatikan juga es teh hijau
yang harus segera dihabiskan.
Turun
ke lantai satu, melewati area customer service dan
bertemu dengan satpam penjaga pintu.
“Sudah,
mbak?”
Aku
mengangguk dengan senyuman.
Ia
membukakan pintu tak lupa mengucapkan terima kasih.
Di
area parkir sembari menggunakan masker dan kaos tangan aku memandang
langit sore, cerah berawan dengan sinar mentari yang tak lagi garang.
Lirih aku berujar tidak kepada siapa-siapa, makasih ya pak
satpam.
18 menit
yang lalu
“Selamat
datang.”
Aku
tersenyum.
“Mau
ngantri atau yang cepat?”
“Cepat
dong.”
Tangan
pak satpam tidak menekan layar touchscreen melainkan menghilang di
balik mesin lalu muncul dengan kertas antrian, aku tersenyum lagi.
13:26 waktu yang tertera, itu berarti tiga puluh menit yang lalu.
Sudah disimpankan, ahh sering sekali ia menyiapkan hal ini untukku.
Aku tak mau ambil pusing, anggap ini bagian dari pelayanan :).
sore hari di sebuah bank swasta - January 10th, 2017
Enak banget, kemarin aku ke bank mau registrasi kuliah nunggu berjam-jam, terus malah error, hixs...
BalasHapuskerjasama yang indahhh...
BalasHapusHahaha...keren
BalasHapus