“Ibumu
dimana, De?”
Merasa
berbicara denganku aku menoleh dengan sengit, “Hei, tinggiku 163
cm.”
“Ok
baiklah jika menurutmu kedewasaan diukur dari tinggi badan, Nona.”
Hiiihh..
menyebalkan.
“Mau
kemana, Nona manis?”
“Kemana?,”
ujarku tak paham. Bukankah kita sedang di perpustakaan sekarang?
“Ahh,
aku paham. Dirimu tak akan kemana-mana sebab ponsel yang kau pegang
bukan buku.”
Eh.
“Maksudmu
apa sih?” tanyaku sedikit ketus.
“Sederhananya
begini, di perpustakaan kau bisa memutuskan hendak pergi kemana saja,
tiket tersedia gratis, tak perlu takut untuk mabuk perjalanan, hhaa,”
dia terdengar geli setelah melontarkan kata terakhir.
“Kalau
engkau sendiri, mau kemana?,” suaraku sudah cukup lunak berhadapan
dengan makhluk asing ini.
“Mau
ke London.”
Aku
melirik sekilas buku yang terbuka di tangannya, setengah halaman
sudah ia jelajahi itu berarti konflik sudah dimulai.
“Aku
sedang berusaha memecahkan kasus bersama Sherlock Holmes.”
“Hati-hati,
lawan detektif tak pernah main-main.”
“Iya
aku tahu, sekarang aku sedang bersembunyi di Indonesia. Aku curiga
ada seseorang yang sedang mengikutiku.”
Hampir
saja aku tertawa jika tidak menyadari sedang berada di mana.
“Jadi
mau pilih tiket penerbangan kemana, Nona?”
“Indonesia.”
“Kenapa?”
“Karena
cintaku ada di negara ini.”
“Bingo.
Ini alasanmu pergi kemari.”
Aku
menunduk, lupa berbicara dengan siapa. Pernah mendengar jika orang
yang suka membaca memiliki beribu cara unik untuk mengetahui sebuah
jawaban untuk menuntaskan rasa ingin tahunya.
“Sudah
terlanjur engkau tahu, hhee. Aku melakukan kesalahan.”
Dia
tersenyum menang, “Kesalahan apa?”
“Aku
menyakiti seseorang, sungguh tak ada maksud sedikitpun.”
“Maaf,
bisa diperjelas?”
“Aku
mengatakan padanya bahwa ada seseorang yang menyukaiku, ia marah.”
“Oke,
paham.”
“Hah,
secepat itu kau paham? Tak ingin mendengar ceritaku lebih banyak?”
“Kau
sudah mengatakannya bukan.”
“Baiklah,
apa pendapatmu?”
“Lelaki..
heemmm... turunan adam ya, jika ia sudah menjatuhkan pilihan pada
wanita maka ia tak ingin wanitanya membicarakan lelaki selain
dirinya.”
“Tapi,
bukankah seharusnya ia bangga, telah mendapatkan posisi dimana banyak
yang menginginkannya?”
“Itu
menyakitinya.”
“Yang
benar?”
“Tanya
saja.”
“Ahh
tidak. Ia masih marah.”
“Baikla,
Nona,
tunggu disini, kucarikan tiket yang cocok untukmu.”
Aku
termangu, mau dibawa kemana aku olehnya? Tak lama dia
datang dengan sebuah buku di tangan kirinya. Sherlock Holmes
sejenak ia titipkan padaku.
“Ini,”
katanya.
Tanganku
enggan menerimanya, namun tak enak jika menolak kebaikannya.
“Itu
tiket internasional, keputusan ada ditanganmu nona.”
“Tunggu,”
seruku sebelum ia semakin jauh meninggalkanku.
“Apa?”
“Mau
kemana?”
“Kembali
ke London, Mr. Holmes membutuhkanku.”
Aku
tersenyum, sombong sekali.
Ganesa Library, 8th January 2017 - 14:45
Aheawww... dapat aja idenya.
BalasHapusBisaan
BalasHapusSuit suit...
BalasHapus