Planet
Mars. Kredit: NASA/JPL-Caltech
Baca
pembuka cerita ini di
kita-berbeda
Ruangan
kubus ini berisi lima belas murid, Vaya adalah salah satunya. Mereka
menunggu tacher Mrowa yang
akan mengisi ilmu bumi. Ilmu dari planet lain di antariksa yang
membuat banyak penghuni Mars dan Venus penasaran.
“Menurutmu
kenapa tak ada pertukaran pelajar dari bumi?”
Miko
mengangguk mengiyakan pertanyaan Morca.
“Menurut
kabar yang beredar beberapa makhluk bumi telah mendarat di Mars,
tetapi mereka belum diijinkan untuk bertemu dengan semua penghuni
planet ini”
“Kau tahu
dari mana Vay?”
“Hei, di
planet Venus kami juga belajar ilmu bumi”
“Lalu
kenapa?”
Pertanyaan
Mario mengambang sebab tacher sudah
memasuki ruangan kubus, di tangannya terdapat selebaran dengan banyak
warna. Sudah dapat dipastikan bahwa info terbaru tentang bumi akan
segera mereka dengar.
“Salam
sejahtera untuk kalian para penggenggam mimpi”
“Sejahtera
pula untukmu tacher,” serempak
seisi ruang kubus membalas sapaan bagi untuk mereka
“Aku
suka sapaan di planet ini,” bisik Vaya pada Miko yang dibalas
dengan senyum rendah hati
“Baiklah
yang tersayang, tacher membawa
berita terbaru dari bumi. Berita yang dikirimkan khalifah
untuk menjalin persaudaraan”
Semuanya
terdiam, ilmu bumi hanya dipelajari saat
musim panas pada wilayah khatulistiwa dimana semua diperbolehkan
memakai baju lengan pendek namun Vaya tetap saja keukeuh
menutupi seluruh badannya. Cuaca
Mars yang ekstrem membuat ia harus waspada, jika siang hari suhu aman
20 derajat Celcius ketika
malam seringkali anjlok hingga
-90 derajat Celcius di musim yang sama.
“Bumi
dikenal sebagai tempat yang damai dipenuhi tumbuhan hijau dan dialiri
air segar, tidak air asin seperti pada planet kita......."
“Air
segar? Bagaimana rasanya?”
Vaya
mengangkat bahu menjawab lontaran pertanyaan dari Mario.
“......
penghuninya pun dikenal ramah dan saling tolong menolong. Jumlah
mereka beribu kali lipat dari penghuni Mars dan Venus sekalipun jika
digabungkan namun cinta pada sesama menjadi kekuatan tak terkalahkan
untuk bersama membangun planet indah hingga nampak berwarna biru......”
“Seperti
apa rupanya?”
“Pasti
penghuninya sangatlah lemah lembut”
“Indah
sekali jika mampu melihat air melimpah dimana-mana”
Yang
lain mulai terdengar gaduh meliarkan imajinasi mereka membayangkan
planet tetangga yang digadang-gadang adalah yang teristimewa dalam
tata surya.
“............mohon
berikan perhatian semuanya ke depan.......”
Setelah
mendapatkan kembali perhatian dari seisi ruang kubus tacher
melanjutkan apa yang memang
harus ia sampaikan.
“.........satu
dari sekian banyak hal yang menjadi bukti nyata dari rasa solidaritas
penghuni bumi adalah kegiatan donor darah........”
Pantas
saja segala hal baru yang terdengar selalu menimbulkan berjuta
pertanyaan dari benak masing-masing, namun mereka rupanya harus
bersabar untuk mendengarkan banyak hal lain yang akan disampaikan
oleh tacher.
“........donor
darah adalah kegiatan mengambil darah seseorang untuk kemudian di
simpan ke dalam suatu wadah dan diberikan kepada siapa pun yang
membutuhkan..........”
“Darah?
Yang membutuhkan?”
Semua
hal yang diucapkan tacher semakin
membuat mereka menerka-nerka seperti apa penghuni bumi sebenarnya.
Hampir semuanya sangat berbeda dengan kehidupan di planet mereka
hingga seolah mereka berpikir bahwa bumi itu tidak nyata, hanya obyek
penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan.
“................pasien
thalassemia, ibu yang melahirkan, orang yang kecelakaan, pasien
operasi, pasien cuci darah, pasien anemia, pasien liver, dan banyak
lainnya........”
“Tacher,
pasien itu apa?”
“Pasien
adalah jika kalian terkulai lemas, tak ada kekuatan untuk melakukan
aktivitas seperti biasanya”
Jawaban
tacher membungkam
banyak pertanyaan yang begitu menyesakkan, mereka paham bahwa tacher
sekalipun tak kan mampu menjawab
detail setiap pertanyaan termasuk mengapa banyak kata berbeda yang
mengikuti kata 'pasien'.
“..........sekian
penjelasan ilmu bumi. Tulis sapaan kalian di lembar kertas dengan
rapi pastikan khalifah dapat
membacanya dan berdoalah agar beliau mau membagi informasi menarik
dari bumi untuk kita semua.”
“Kenapa
hanya sedikit sekali informasi yang diberikan oleh planet bumi?”
“Mana
aku tahu, sudah cepat tulis”
“Hey,
kadang aku berpikir bagaimana jika kita yang berkunjung ke bumi?”
Mario,
Vaya dan Miko serentak memandang ide ganjil Morca.
“Kenapa
tidak?”
Tantangan
dari Morca tentu tak mendapat respon baik dari teman-temannya, tak
ada pandangan lebih bagaimana keadaan bumi. Amankah untuk penghuni
planet Mars dan Venus?
Tidak
ada jawaban pasti, bumi masih begitu misteri bagi semua.
Penasaran lanjutannya. Imajinasinya mba cian, keren.
BalasHapuskeren, udah mulai merambah dunia fantasy
BalasHapus