Hidupku
bahagia dengan kedua orang tua yang sangat penyayang, menjadi anak
tunggal menyebabkan segala perhatian keduanya tertuju padaku, tak ada
yang lain. Setiap hari aku dimanja, dituruti setiap apa yang kumau.
Temanku beli mobil mainan baru, aku merengek mobil dengan remote
control keluaran teranyar. Anak tetangga punya pistol air, ayah
akan segera menghadirkan pistol dengan peluru bulat-bulat kecil di
hadapanku.
Suka sekali
ketika teman-teman sepermainan ternganga dengan mainan canggihku.
Teman di taman kanak-kanak akan mengerubungiku saat hanya aku yang
membawa sepatu roda ke sekolah, mereka berlari dibelakangku yang
lihai berputar-putar. Atau terkagum-kagum dengan game dalam tab ku
yang beranega ragam.
Sayangnya
aku hanya diijinkan untuk menikmati itu semua hingga kelas lima
sekolah dasar. Ibuku meninggal setelah sakit menahun akibat gaya
hidup yang tidak sehat, setiap malam setelah aku tertidur ia akan
keluar bersama teman-temannya dan baru kembali saat aku bangun pagi.
Ayahku juga
jarang pulang, urusan luar kota setiap hari. Perlahan aku kehilangan
sosok keduanya meski setiap keinginanku masih terus dituruti, kecuali
satu. Berkumpul bersama lagi, aku, ayah dan ibu.
Sejak ibu
meninggal ayah tak pernah lagi pulang ke rumah. Aku ditinggalkan
sendiri di dalam rumah mewah dengan segala fasilitas lengkap yang
tersedia. Bi Inah dan Mang Ujang juga pergi. Bayangkan apa yang bisa
anak kelas lima SD lakukan untuk melanjutkan hidupnya?
Buktinya
aku berada di puncak kejayaan kini. Sekolah formal tidak aku
lanjutkan, aku bekerjasama dengan seseorang yang setelah semuanya
pergi dia datang. Menawarkan kehangatan untuk berpegang tangan
melewati kejamnya dunia ke depan. Rumah mewahku masih berdiri megah
hingga kini. Segala yang kumau selalu tersedia. Beriringan dengannya
seolah kehidupanku baik-baik saja meski tanpa ayah dan ibu.
Menginjak
usia 30, namaku di dengungkan semua pihak. Terutama aktivis
kemanusiaan, perlindungan anak bahkan para mahasiswa yang sok pintar
itu. Aku tak terusik, mereka tahu apa tentang dunia anak kecil? Anak
kecil akan sangat bahagia jika mereka mendapatkan sesuatu yang
diinginkan. Dan aku hanya ingin mewujudkannya. Ada yang salah? Pikirkan lagi.
Polisi
datang ingin menangkapku, namun surat penangkapannya tak bisa
membuatku terkurung di balik jeruji besi. Sudah kubilang aku tidak
bersalah. Mau digeledah beratus kali pun mereka tidak akan menemukan
apapun di rumah mewahku. Silahkan, aku akan setia untuk membukakan
pintu meskipun itu tengah malam sekalipun.
Kasus
ditutup setelah berpuluh kali sidang di gelar. Aku memaafkan mereka,
tak ingin mencoba untuk menuntut balik atas dasar pencemaran nama
baik. Ah sudahlah mereka itu terlalu rumit dalam berpikir.
Kehidupanku
damai kembali, dan kejadian yang sama terulang lagi. Saat aparat
keamanan negara membebaskanku dan semua orang yang menghujatku pergi
dia datang dengan senyum ramah memelukku, menepuk pundakku dan
mengangkat topi atas keberhasilan untuk melewati ini semua.
“Bagaimana
keadaan pabrik?”
“Aman
terkendali, kali ini permen dengan rasa jeruk akan membuat anak-anak
ceria”
Senyumku
mengembang, dia memang lihai mengendalikan pabrik. Oh ya, pabrik ini
adalah usaha antara aku dan dia. Dulu saat masih kecil aku hanya
bertugas untuk membagikan gratis permen-permen darinya kepada setiap
anak kecil yang kutemui. Jika anak-anak kecil itu meminta lagi, maka
akan aku kasih gratis hingga ketiga kali. Kali ke empat, mereka harus
membayar mahal untuk mendapatkannya, satu buah permen seharga sebuah
kue ulang tahun dengan taburan keju di atasnya.
Anak-anak
itu akan sangat senang membelinya sebab mereka memiliki banyak uang.
Mereka adalah anak-anak dengan para pengasuh yang tidak begitu
peduli, kedua orangtuanya yang berteriak mengucap sayang setiap
harinya akan sangat bahagia jika mampu menuruti keinginan anaknya akan uang.
Tentang
permen dariku, biasa saja. Aku tak suka memakannya sebab selalu membuatku pusing kepala dan dia tak pernah
memaksaku untuk mencobanya lagi. Yang aku tahu, permen itu bisa membuat yang
memakannya seolah melayang seperti terbang dengan perasaan bahagia yang tiada kira.
Kalian mau coba? Kusarankan jangan.
ohh anak tunggal.. ini tanggung jawabnya mkin besar bagi siapa yg mmilikinya.. hihi
BalasHapusSenanglah tu menjadi anak tunggal, disayang ayah pula,
BalasHapuspermen narkorba yahhh
BalasHapuspermennya kok anehh..
BalasHapus