Pagi hadir
dengan sinar hangat mentari yang merasuk ke dalam tubuh, memberikan
denyut kehidupan. Ceria diwajah kami seharusnya bisa bertahan lebih
lama andaikan bukan ia yang datang. Hari ini kami akan serempak
membalas dendam atas apa yang telah ia perbuat, rasakan.
Wajahnya
berulang kali tersenyum puas sebagai balasan pamrih atas kebaikan
teman-temanku sebanyak ia akan kecewa mendapatkan perlakuan tak baik
dari lainnya, aku termasuk dalam golongan lainnya tersebut. Peduli
apa padanya, seseorang yang telah banyak menyakiti kami dan meminta
kebaikan kami? Oh kumohon sadarlah.
Kami tak
suka ia, sungguh tak suka. Tenang kawan kau tak perlu bersungut untuk
menanti lebih lama penyebab dari rasa kesal kami. Begini lengkapnya.
Suatu pagi
saat lampu-lampu penerang ruangan dimatikan dan makanan baru
terhidang, dengan sukacita kami menikmati sarapan yang lezat, ahh
berulang kali aku memuji koki yang pandai sekali mencampurkan segala
bahan hingga menambah nafsu makan masing-masing dari kami.
Kemudian
ingatlah kami bahwa hari ini adalah jadwal dimana sesuatu akan
disuntikkan guna menambah kekebalan tubuh kami. Santai saja, kami
tidak pernah cemas saat menunggu giliran, bahkan bercakap-cakap
sembari melahap makanan berbahan baku jagung dengan gembira.
Satu
persatu dari kami mendapat giliran, tak ada yang merasa itu sesuatu
yang perlu diperhatikan maka kami tetap mematuki dengan gairah tanpa memperdulikan
sekitar, sesekali dari sisi seberang teman kami berkokok,
menggumamkan betapa lezatnya hidangan pagi ini, dia terlalu
berlebihan.
Petok...
petokk... petoooookkk......
Sontak kami semua panik mendengar salah satu teman kami menjerit, oh
tidak apa yang terjadi? Segera kami memutar kepala menuju sumber
suara. Tahulah kami meski petugas vaksinasi telah berlalu mereka
meninggalkan sesuatu yang menggenang dimata salah satu teman kami.
Mengetahui hal itu riuhlah acara makan pagi kami. Semua mengeluarkan
suara gaduh, ingin berlari tapi teralis bambu mengurung kami.
Tibalah giliranku, aku menjauh dari tangan petugas yang mencoba untuk
menjamahku. Namun tangannya yang panjang mampu meraih kakiku dengan
mudah.
Satu detik... dua detik... tiga detik..... lelah sudah aku berpikir
berapa lama waktu yang dihabiskan untuk mereka menarik kaki kananku,
menyuntikkan cairan vaksin lalu mengembalikan tubuh lemahku dengan
kasar. Hei, kalian pikir aku ini apa? Aku juga makhluk hidup yang
punya hati. Jeritan kesakitan aku lengkingkan untuk memberitakan
betapa aku kecewa dengan mereka tapi rupanya hanya dianggap sebagai
angin lalu. Baiklah, tindakan nyata akan kau tuai besok. Tunggu saja.
Pagi ini saat ia kembali berkunjung, dan mendapati hanya sedikit
kebaikan yang tersedia, aku begitu puas menyadari raut kecewa yang
jelas terpancar dari wajah jeleknya. Tahu rasa. Aku dan beberapa
teman yang puas menyadari hal itu bersorak riang, inilah akibatnya
kau perlakukan kami dengan kasar.
Biasanya lebih dari lima puluh tumpukan eggtray penuh berisi telur
terpampang di depan rumah kami, namun hari ini hanya ada beberapa
lembar enggtray saja yang sanggup ia kumpulkan. Semoga ia paham
sungguh kami hanya membalas segala yang kami terima sebab kami tak
tahu lagi mampu berbuat apa.
Hai manusia, bukankah Tuhan telah menciptakan kamu dengan akal? Maka
berlemah lembutlah terhadap sesama makhlukNya.
–------+++++-----------
Cerita ini ditulis berdasarkan hasil penelitian para ahli yang
dilakukan guna mencari tahu hubungan perlakuan kasar terhadap
binatang dengan tingkat produktivitas.
Yeay.. tantangan minggu ini berhasil. Tunggu, semoga pembaca paham ya saya sedang bercerita hewan apa, ahh masak iya kambing bertelur? bebek? bisa juga sih, tapi bagaimana bebek mengeluarkan suaranya? ahh sudahlah, anggap saja kalian paham, beres.
Terima Kasih.
#TantanganODOP
Curaham hati ayam? Hmmm
BalasHapusHahaha...dik ci mah ahlinya
BalasHapusHahahhaaaa.. kesian si petok, ampe numpang curhat di blog org ^_^
BalasHapusHahahaha.. Emaknya ayam protes dan curhat... Kereeen de ci
BalasHapus