Suasana apotek pagi ini lumayan ramai, banyak pembeli datang dan pergi. Apa dunia ini sudah sakit? Hingga apotek menjadi tempat yang sering dikunjungi. Ngeri juga membayangkan orang-orang begitu bergantung pada obat-obat kimia, yah meskipun senang juga jika apotekku ramai seperti ini.
Arin sedari
tadi menunduk, di depannya terhampar kertas stok obat-obatan dengan
banyak nama. Ia sibuk memasukkan data ke dalam komputer, akhir bulan
saatnya stok opname.
“Rin, tak
usah kau bersembunyi dariku, mengaku sajalah”
Masih di
posisi yang sama, tak sedikitpun ia mendongakkan wajahnya, “Mengaku
apa sih Na?”
“Kau
menangis semalaman kan?”
Senyum
tipis Arin mengiyakan pertanyaanku, “Apa yang telah Arfa lakukan
padamu? Biar kuhajar dia”
Tawa
kecilnya memenuhi apotek, bercampur dengan bau obat-obatan.
“Arfa tak
melakukan apa pun padaku, ia tak bersalah, Na”
“Berhenti
membohongiku. Kau menolak kuajak nonton kemarin, pasti kau sedang
berduaan dengan Arfa kan?”
Seorang ibu
datang menghentikan sementara percakapanku dengan Arin. Sepuluh
menit, waktu yang cukup lama untuk melayani pembeli. Maklum saja ibu
ini bertanya sangat detail tentang obat syrup penurun panas untuk
anaknya yang berusia di bawah lima tahun. Bermacam merek ia
bandingkan satu persatu, baru mengiyakan saat aku menyarankan untuk
obat syrup rasa jeruk. Beliau setuju, dengan rasa buah anak-anak
terbantu untuk menelan obat
“Jadi
Rin, apa yang sudah terjadi”
Arin
menghentikan pekerjaannya, memandangiku beberapa saat dan kembali
tersenyum. Ahh gadis ini sedikit-sedikit tersenyum macam orang gila
saja.
“Kau
terlalu cepat menjatuhkan vonis terhadap sesuatu, tahu dari mana?”
“Nah tuh
matamu bengkak, pastilah akibat nangis semalam kan? Dan satu-satunya
orang yang tega melakukan ini adalah Arfa, lelaki tak begitu tampan
yang kau sukai itu”
“Na, kau
berisik sekali sih. Pening mendengar ocehanmu”
“Bingo.
Kau baru saja mengatakannya”
“Apa?”
“Ketika
seseorang menangis semalaman maka esok pagi saat ia terjaga akan
merasakan sakit kepala sebab dehidrasi pada tubuh. Perlu kujelaskan
kenapa? Sebab saat menangis, udara akan cenderung masuk melalui mulut
karena hidung buntu tertutup lendir. Mulut menjadi kering dan tubuh
dehidrasi akibat air yang keluar lewat hidung dan mata”
Arin
lagi-lagi tersenyum lalu aku menyadari satu hal. Menjelaskan hal ini
panjang lebar kepada seorang apoteker? Ahh sia-sia. Itu ilmu dasar
yang ia sendiripun sudah hapal diluar kepala.
“Oke Rin,
tak apa jika sekarang kau belum mau menceritakannya. Lebih baik
kompres dulu matamu dengan air es. Tak indah aku memandangnya”
“Kau tak
mau menerangkan bagaimana menangis semalam dapat menyebabkan mata
sembab?”
Ohh
baiklah, sekarang Arin mengejekku yang sok pintar. Jika pengunjung
apotek yang bertanya maka dengan senang hati akan aku jabarkan bahwa
ada dua penyebab mata bengkak setelah menangis. Pertama saat menangis
terjadi proses peningkatan aliran darah di area wajah yang memicu
terjadinya pembengkakan di kulit bawah mata, kedua yaitu cairan air
mata yang mengandung garam dapat menyebabkan mata menjadi merah dan
pembuluh darah di bawah kulit mata yang tipis jadi semakin besar.
“Sudah
sana Rin, jangan lupa perbanyak minum air. Ah kau merepotkan saja,
kenapa tak kau amalkan ilmumu hah? Jangan membuatku berceramah
panjang lebar untuk sesuatu yang telah kau mengerti”
Arin
berdiri, tidak menuju ruang belakang tapi menghampiriku di depan
etalase kaca. Memelukku dan tersenyum lagi.
“Hei,
apa-apaan kau ini. Memalukan, tidak baik jika ada yang melihatnya”
Arin
melepaskan pelukan, menatapku dan tersenyum.
“Bicaralah,
jangan senyum-senyum tak jelas semacam itu”
“Na, aku
ingin membuat pengakuan padamu tapi berjanjilah untuk tak marah
setelah ini”
Mungkin ini
tentang Arfa, oke baiklah. Tuhan bukan aku ingin menolak rizkimu tapi
tak asyik sekali jika ditengah perbincangan kami harus ada pembeli
yang menyela, hhii. Maafkan hambaMu.
“Ini
bukan tentang Arfa, kau tahu seorang wanita tidak sepantasnya
menangisi lelaki manapun yang belum memiliki ikatan suci. Itu hal
bodoh.”
“Lalu
kenapa kau menolakku untuk pergi nonton?”
“Karena....
ehm, aku...”
“Kenapa
Rin, jangan kau buat aku penasaran seperti ini”
“Sejujurnya
aku tidak suka dengan film yang ingin kita tonton bersama, selera
kita berbeda. Dan tentang menangis semalam itu memang benar”
Aku menanti
Arin melanjutkan.
“Hingga
tengah malam aku menonton drama Thailand sendiri di rumah, kau tahu
aku suka drama yang menyayat kan? Dan mudah bagiku meneteskan air
mata untuk itu. Aku kelelahan sampai terlupa untuk meletakkan
potongan timun pada mata sebelum tidur”
Aku menepuk
pelan keningku, “Kau mengerjaiku ya? Kenapa tak bilang sejak awal?”
“Hahaaa...
aku suka saat kau begitu khawatir tentang keadaanku. Aku suka kau
begitu cerewet seperti ibuku”
Kini aku
yang tersenyum. Syukurlah sahabatku baik-baik saja.
---------+++------
Sumber :
www.majalahsiantar.net,
m.vemale.com
Semakin keren cerpen dik ci
BalasHapusSuka
ini ya yang dinamakan cerpen ? aku gaptek euy -_-
BalasHapusTran Ran
Makin cetar semenjak duet cerpen sama silaki-Laki yang menahan sakit kakinya #eh
BalasHapusTapi bnrean te o pe be ge te dek
Makin cetar semenjak duet cerpen sama silaki-Laki yang menahan sakit kakinya #eh
BalasHapusTapi bnrean te o pe be ge te dek