Semangkok soto ayam dengan aroma memikat serasa nikmat untuk
segera di santap. Tak lama segelas teh panas hadir melengkapi menu makan siang
kali ini. Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi beberapa sendok sambal aku
masukkan dalam mangkok, potongan gorengan ikut meramaikan. Masih mengepul, tapi
aku tak peduli. Mari makan.
“Tan, kamu baik-baik saja?”
“Apa maksudmu?”
“Tak biasanya kau memesan makanan dan minuman panas
bersamaan, ada apa?”
Aku mengulum senyum, “Sedang butuh kehangatan, hhii”
Tawaku terdengar garing
dan Dania tau itu. Di sela-sela mengunyah makanan dalam mulut berulang kali
aku mengecek ponsel. Memastikan tak ada pesan penting lalu kembali menikmati
pedasnya soto ayam Mbah Min.
“Ahh selalu. Bosan aku denganmu”
“Bosan dengan siapa?”
“Kau, siapa lagi”
“Aku?”
Dania menghela napas. Aku tak peduli. Suasana hatiku sedang
tak ingin membahas apa pun, kecuali
menunggu keajaiban datang lagi siang ini.
“Keajaiban itu tidak ada Tan, berpikirlah sedikit logis”
Tidak mendengarkan perkataannya mungkin aman buatku, entah
kenapa Dania cerewet sekali siang ini. Oh tidak, sejak tadi pagi. Semenjak aku
lebih sering mengecek ponsel, bergumam sendiri dan cemberut setelah itu.
“Tan, kau mendengarku tidak?”
“Iya dengar”
“Pinjam ponselmu”
Reflek aku menyembunyikan ponsel yang tergeletak di atas
meja ke dalam saku. Dania pasti aneh-aneh.
“Sesuai dugaanku, ini masalah Damar”
Pura-pura tak mendengar, Dania sebentar lagi akan berceramah
panjang lebar dan karena hanya ada aku disini pastilah kena sasaran.
“Ayolah Tan, kalian sudah dewasa jangan bertindak seperti anak
kecil”
“Kau tahu apa?”
Akhirnya aku bersuara, gemas juga lama-lama.
“Kalian bertengkar lagi? Kau sedang menunggunya untuk
mengirimi pesan kan?”
“Kami tidak bertengkar”
“Tapi menantinya, iya
kan?”
Selera makanku menguap, “Sudahlah Dan. Kau pasti bosan
mendengar curhatku tentang Damar”
Dania tersenyum, “Tak pernah sekalipun aku menolak ceritamu.
Ada apa?”
Bibirku pelan menjelaskan sedikit kejadian tentang malam kemarin.
Dania tak menyela sedikitpun, aku menghargai dia. Masalahku pasti terdengar
konyol dan sepele tapi tetap saja Dania dengan serius memperhatikanku. Maha
Baik Tuhan menciptakan sahabat seperti Dania.
“Damar tidak seperti itu Tan, bukan ia tak rindu kau. Dengan
menyuruhmu fokus terhadap seminar yang sedang kau hadiri adalah bukti ia tidak
egois”
“Dan, kami jarang bertemu. Susah sekali menyamakan waktu
untuk sekedar berkomunikasi. Tapi saat waktu itu ada ia dengan seenaknya
menghentikan semua”
“Bukankah Damar sudah bilang bahwa ia berjanji akan mengatur
ulang pertemuan denganmu?”
Ada isak tangis yang tiba-tiba hadir. Aku tak tahu kenapa,
sesak sekali rasanya menyadari bahwa Damar tak memiliki rasa sepertinya, “Aku
hanya rindu ia, Dan. Katakan padaku apa yang salah?”
“Salah besar jika kau hanya menunggunya, ciptakan
kesempatanmu. Ingatlah sebentar lagi kalian akan menikah. Menyatukan dua dunia
berbeda tak akan pernah mudah”
Semalaman aku tak memberi kabar, Damar pun tak berniat untuk
menghubungiku. Sepele.
Kuambil ponsel dalam saku, mengetikkan beberapa huruf untuk
memulai percakapan.
“Haii..”
Terkesan kaku, aku tak peduli.
Beberapa detik berselang, pesanku tak berbalas. Baiklah aku
sudah mencoba.
Kriiinggg... kriiinggg
Panggilan masuk dari Damar. Senyum menghiasi wajahku.
“Hallo...”
“Heii Cantik, tak
boleh marah seperti itu lagi. Berjanjilah”
Mendengar suara hangat dari seberang membuang segala rasa
amarahku. Aku hanya harus kembali belajar, ketika wanita merasa ingin selalu
dimengerti ia lupa bahwa lelaki adalah makhluk yang tak peka dan butuh ucapan
nyata untuk segalanya.
------++++++------------
Dahulu kala, orang Mars berjumpa dengan orang Venus. Mereka jatuh
cinta dan menjalin hubungan yang membahagiakan karena mereka saling menghormati
dan menerima perbedaan-perbedaan mereka. Kemudian mereka tiba di bumi dan mulai
menderita amnesia. Mereka lupa bahwa mereka berasal dari planet yang berlainan.
(Men Are from Mars, Women Are from Venus)
Perempuan terlalu berperasaan. Sedangkan laki-laki harus ditindak baru bisa merasa. 😄
BalasHapusBetul sekali.
BalasHapushmm.. jdi kita mesti menghargai stiap perbedaan ya
BalasHapushemmm jadi sepertinya hanya saya yang bverasal dari pluto ahahaha
BalasHapus