“Hey Ci,
tadi aku melihat dia meletakkan sampah di keranjang sepeda minimu”
“Biarkan
saja”
“Tidak
bisa begitu, kau harus lapor bu guru”
“Macam
anak kecil saja”
“Kelas
lima SD kurasa masih boleh dibilang anak kecil”
Aku
menghela napas, “Setelah lapor bu guru terus apa?”
“Biar dia
dimarahi”
“Selanjutnya
ada dua hal, pertama dia akan mengolok kita anak kecil karena mengadu
pada bu guru. Yang kedua dia akan melakukan hal lain dengan tujuan
sama”
“Ci, kita
kan memang masih anak kecil”
“Sadarlah
kau,” gemas juga rasanya.
“Memang
kau tahu tujuan dia?”
“Dia cari
perhatianku”
Aku menutup
mulut temanku yang menganga dengan jawabanku.
“Sebab
itu diamkan saja”
Temanku
mengangguk pasrah.
“Ci...”
“Apa
lagi?”
“Kapan
kita berhenti bicara ngelantur semacam ini?”
“Nanti
jika kau berani menerjang hujan karena sepertinya hujan akan turun
sampai malam”
“Proposal
pengajuan judulku bisa kuyup dong”
“Terserah”
-------+++-----
Mengenang
kembali saat stress melanda dua mahasiswa tingkat akhir yang
terombang-ambing dengan teori analisa data. Berbagai cara gila
terkadang membantu menurunkan tekanan dari dosen pembimbing.
#LiarkanImajinasi
#Tulisyangbaiksaja
Hastagnya keren, liarkan imaginasi
BalasHapusBetul, bun. Hihi lucu liarkan
Hapussenangnya udah kelar masa kritisnya haha
BalasHapusHahahaha
BalasHapusjadi inget, aku juga suka gitu, ngaco
Hahahaha
BalasHapusjadi inget, aku juga suka gitu, ngaco
Masaaa anak kecil haha
BalasHapusMasaaa anak kecil haha
BalasHapusternnyata pernah "gila", pantes dirumah kok nyantai dg skripsi :D
BalasHapusMonolog dalam kepusingan...
BalasHapus