1 pesan baru dari dia. Senyum
melengkung di bibirku.
Berlomba dengan detak jarum
jam, balasan sudah terkirim sempurna, merubah tanda ceklist satu
menjadi dua ceklist biru.
Typing.... berdebar,
mencoba menerka apa yang ingin dia sampaikan.
Sebuah kalimat yang menyatakan
tentang kondisinya yang sedang tidak baik-baik saja. Baiklah, dia
sedang merajuk untuk diperhatikan.
Obat diminum teratur,
perhatikan pola makan, jangan terlalu banyak begadang, yang
terpenting beban pikiran. Dia tipe orang yang apa-apa dipikirkan,
heran deh.
Typing...
Balasannya kali ini membuatku
terpaku. Dia meminta maaf untuk setiap kesalahpahaman yang kerap terjadi
diantara kami. Bukan, bukan kalimat ini hingga lidahku kelu untuk
sekedar berucap meminta penjelasan. Permohonannya untuk melanggar
perjanjian yang kami ikrarkan juga tak sepenuhnya mengangkat
amarahku. Otakku membeku saat dia dengan jelas mengatakan bahwa
mungkin saja ini adalah kesempatan terakhir kami untuk saling
bertukar rindu. Putus asa-kah dia?
“Dan setiap yang bernyawa
tidak akan mati kecuali dengan ijin Allah, sebagai ketetapan yang
telah ditentukan waktunya......” (3:145)
Mencoba meredam setiap
penolakan atas segala prasangkanya. Dia keukeuh, memaksaku
untuk membuat sebuah pengakuan sebelum ia terlelap (dan mungkin tidak
akan membuka mata lagi). Sungguh tidak suka aku melihat
ketidakberdayaan ada dalam dirinya. Kemana rayuan yang membuatku
melayang hingga langit ketujuh? Kemana ungkapan manis yang membuatku
tersipu malu?
Lemah hatiku untuk berdebat
dengan kondisinya sekarang. Pengalihan terbaik adalah memintanya
untuk beristirahat, melepaskan segala penat. Itu akan lebih baik.
“Kenapa
sih nyuruh tidur?”
Aku bisa menerka intonasi saat
membaca balasannya. Dia marah.
“Kemudian setelah kamu
ditimpa kesedihan, Dia menurunkan rasa aman kepadamu (berupa) kantuk
yang meliputi segolongan dari kamu.....” (3:154)
Ucapan selamat malam juga
iringan doa cepat sembuh menjadi penutup percakapan malam ini. Tuhan,
kembalikan senyum pujanggaku.
Engkau
yang disana, sadarlah ada hati yang teriris sembilu kala harapan itu
padam dalam sorot mata teduhmu...
Syafakallah aa Gilang...
BalasHapus*_*
Aku hanya bisa menerka..siapakah dia, sang pujangga?
BalasHapusCepat sembuh aa
BalasHapusEhm,
BalasHapusKeren, mba... tulisannya...
Aciiieee.... cie...
BalasHapusUntung gilang, kah? #eh
Uhuk uhuk...
BalasHapusAa gilang..cepat sembuh.
Alamak ..
BalasHapusBaru tahu aku 😂😂😂
Akupun baru tau. 😀😂😂
BalasHapusSemoga sosok itu lekas sembuh.
Berasa muda lageh..uhukss..ehemmm..
BalasHapus