9 tahun yang lalu...
Kak Frans menjadi member yang
menyenangkan, dia memberi warna baru dalam ritual kami. Biasanya
masing-masing akan tenggelam dalam buku yang dibawa, tapi kini
sebelum memulai itu Kak Frans akan mengajak semua member untuk
berbagi sedikit cerita dari buku yang mereka bawa. Ada rasa penasaran
yang menggelitik ketika salah satu teman kami dengan mata berbinar
bercerita detail, tapi aku curiga mereka sedikit melebih-lebihkan.
Dua hari ini Kak Frans tidak
datang, yang lain mengusulkan untuk menunggu esok.
Jika masih tidak muncul kami baru akan mencari tahu alasannya. Tapi
sayangnya aku tidak bisa menunggu.
Bunda Erlin menyambut
kedatanganku sore itu dengan raut wajah sedikit heran, “Kenapa
tidak datang bersama Ibu?”
Aku mencium takzim punggung
tangan beliau, “Alicia dari padang ilalang Bunda, belum pulang ke
rumah.”
“Baiklah anak manis, ada
keperluan apa?”
“Bunda, Kak Frans ada?”
Perubahan wajah Bunda semakin
membuat perasaanku tak menentu, “Bunda?”
Beliau tersenyum, “Kak Frans
sudah bersama keluarga barunya.”
Semoga benar apa yang Bunda
Elin katakan, sorot matanya menggambarkan kehilangan yang amat
sangat. Kak Frans memang mampu merebut hati siapa saja, tak
terkecuali aku.
Meninggalkan panti seperti
seolah tak ada alasan lagi untuk kembali memahami ilalang, setahun
mengenal Kak Frans sungguh merubah banyak hal. Entah bagaimana reaksi
teman-teman mendengar berita yang kubawa ini.
“Kak Alisss.....”
Aku berhenti mendengar suara
anak kecil memanggilku dari dalam panti, menunggunya berlari
mendekat.
“Bunda Elin bohong, Kak
Frans tidak tinggal dengan keluarga barunya.”
Dahiku mengkerut, menunggu
Acil melanjutkan kalimatnya .
“Dua hari yang lalu Kak
Frans kabur dari panti, dia tidak membawa apa pun termasuk pakaian
dan buku-bukunya.”
Napasku tertahan.
“Lalu kenapa Bunda harus
berbohong?”
“Acil juga tidak tahu kak,
seperti itu pula yang Bunda katakan kepada kami. Tapi aku tahu yang
terjadi karena aku satu kamar dengan Kak Frans, ranjangku berada di
sebelah dia.”
“Kenapa kau tak
mencegahnya?”
“Aku justru mau ikut, tapi
Kak Frans menolak.”
“Apa yang terjadi? Kalian
ingin kabur dari panti, apa Bunda tidak lagi seperti dulu?”
“Tidak Kak, Bunda terlampau
baik hatinya bak malaikat yang mengayomi kami, menjaga dari kerasnya
dunia luar.”
“Tapi kenapa?”
“Kak Frans sakit hati karena
tak ada orang tua yang mau mengangkat kami, begitu juga denganku.
Kami merasa seburuk-buruknya anak di panti ini.”
Kubiarkan sepeda berdiri di
atas penyangganya. Memeluk tubuh kecil yang mulai sesunggukan, sedang
belajar bagaimana menularkan harapan seperti yang biasa ibu lakukan
dengan pelukan-pelukannya padaku.
“Acil, dengar kakak... apa
pun yang terjadi kamu tidak boleh meninggalkan panti tanpa terlebih
dulu ijin pada Bunda Elin.”
Ia mengangguk dalam dekapanku.
Terkuak sudah kenapa tersirat
luka dalam mata bening Bunda Elin.
Kak Frans... kemana pergimu?
Bersambung....
yah, semoga kak frans baik-baik saja diluar sana
BalasHapusternyata latar belakang kehidupan Frans seperti itu
BalasHapusFrans engkau harus kuat seperti aku hehe
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusWuih...lsma gs walking blog mbk ciani....udah eps.13...hmmm ..perlu back nih biar nyambung...kisahnya
BalasHapus