Sisa hari ini
lebih dihabiskan untuk melamun ketimbang mendengarkan guru menerangkan. Konsekuensi
ketertinggalan pemahaman materi jelas di depan mata, tapi dipaksakan pun
rasanya berat. Desuu selalu menjadi murid rajin yang menyalin rangkuman dari
papan tulis, penambahan penjelasan oleh guru tak lupa ia bubuhkan dengan warna
pena berbeda. Rapi sekali, dan buku itu hampir selalu berada di atas meja
belajarku jika esok akan ulangan.
Masih teringat
ucapan Desuu tadi pagi, jelas aku tak akan menuruti sarannya untuk tak lagi
dekat-dekat dengan Kak Frans, orang yang telah menyedot segala perhatian Desuu.
Kuputuskan untuk
kembali mengikutinya sepulang sekolah nanti.
Nihil. Sudah tiga
jam aku menunggu di depan gerbang sekolah, namun Kak Frans tak juga muncul. Cahaya
langit mulai meredup dan kuputuskan untuk pulang, ternyata suasana sekolah
terlihat mencekam tanpa ada makhluk hidup di dalamnya.
“Mau pulang?”
Tersentak mendengar sebuah suara yang tiba-tiba muncul dari dalam ruang pos satpam.
“Hloh, Kak
Frans belum pulang?”
“Nunggu kamu”
Aku tak tahu
harus merespon bagaimana, kenyataan bahwa Kak Frans telah berada di ruangan
belakang tempatku menunggu membuatku bergidik.
Kak Frans
mendekatiku dengan dua langkah kecil, tersenyum.. tidak.. terlihat seperti
menyeringai.
“Mau ikut ke
rumahku?”
Mungkin jika
pertanyaan itu ia lontarkan ketika hari masih terang aku akan langsung
menganggukkan kepala, tapi dengan gelap malam yang sebentar lagi sempurna
membuatku berpikir berjuta-juta kali. Bagaimana jika ini jebakan? Bagaimana jika
di tengah jalan aku dibunuhnya? Bagaimana jika ....
“Ya sudah,
aku pulang dulu.”
“Kak, aku
ikut”, terkejut kala aku menyadari bahwa suara itu keluar dari mulutku, datang
dari mana keberanian ini ya?
Kami berjalan
menyusuri jalanan yang sama seperti kemarin, tubuhku menggigil ketika di depan
menghadang ladang dimana aku babak belur. Tunggu, Kak Frans tidak mengajakku
memasuki ladang tersebut, kami berbelok ke kanan, memasuki daerah dengan banyak
rumah dan lampu. Setidaknya aku bisa sedikit tenang.
Di depan
sebuah rumah dengan pelataran luas ia berhenti. Melihat sekitar dengan seksama
dan mengajakku memasuki gerbang kayu dengan tinggi 1 meter.
Kenapa ia
harus melihat sekitar dulu jika ini benar rumahnya?
Bersambung....
Diajak ke rumahnya atau kemana tuh?
BalasHapusDiajak ke rumahnya atau kemana tuh?
BalasHapusKerumah siapa tuh? Misterius
BalasHapusKudu hati2...
BalasHapusKoq firasatku tak enak.. He..
Pasti punya rencana sesuatu ...
BalasHapusWaaah pengen di ajak kerumahnya
BalasHapusSaya kok mikir yang enggak2 yah jdnya?
BalasHapusMay Allah always protect u. Firasatku gak enak
BalasHapus