Ku
edarkan pandangan, mencoba mengenali sekolah yang tiga tahun kedepan
akan menjadi tempat menghabiskan waktu-waktu produktifku. Di berbagai
tempat kutemukan banyak murid-murid yang bergerombol dengan
seragam-seragam senada, mungkin mereka dulunya satu sekolah yang sama
dan kembali bersama di tingkat atasnya.
Aku
yakin tidak ada yang kukenal disini, karena aku pindahan dari
Kalimantan yang terpaksa pindah ke desa ini karena kakekku meninggal
dan menyisakan rumah serta lahan kosong yang tidak terurus, berhubung
ayahku anak tunggal jadi ya tak ada penyangkalan.
Ruang
kelasku berada di urutan paling jauh dari pintu gerbang, ini berarti
tak ada lagi kata terlambat untuk masuk sekolah, tapi yang
menguntungkan rupanya ruang guru berada di sisi yang
berlawanan dari pintu gerbang, jadi jika esok terlambat
setidaknya aku bisa lebih dulu berlari kedalam kelas, tidak mungkin
kan guru akan berlari-lari?
Mataku
tertuju pada makhluk mungil yang duduk sendiri di deretan pinggir
sebelah kanan searah dengan pandangan duduk guru. Kenapa dia tak coba
untuk berinteraksi dengan murid yang lain? Pantas saja bangku
disebelahnya masih kosong. Ada yang aneh terhadap gadis itu, ia
tenang-tenang saja tak memiliki teman sebangku, tak ada rasa canggung
ataupun kesepian, tangannya menggenggam sebuah buku yang menjadi
pusat perhatiannya.
Sepertinya
menarik, ada hal yang tidak biasa kulihat darinya, seolah senada
denganku yang enggan untuk memulai masa remaja ku dengan suara
berisik yang sedang sok-sok meng-AKU-kan dirinya sendiri.
“Hei,
boleh aku duduk disampingmu?”
Yuhuu...
langkah pertama menuai hasil yang baik, akhirnya aku mendapat
persetujuan untuk duduk disampingnya. Ia hanya memandangi dan yahh
pastilah tersadar bahwa lelaki yang mendatanginya begitu mempesona.
Namun waktunya mengagumiku terlalu lama dan aku harus menjalankan
jurus selanjutnya.
“Kau
bisa bermain denganku?”
Dia
diam lagi, masih mengamatiku, oke kali ini aku juga risih
jangan-jangan ada yang salah dengan penampilan atau mungkin ada
permen karet di rambutku, oh tidak aku tidak suka mengunyah permen
karet, lalu apa? Oke sebaiknya aku ke toilet dan memeriksanya
terlebih dahulu, tapi tak akan kulepaskan gadis ini.
Baru
saja aku bergerak tiba-tiba gadis ini bersuara, memang sulit sekali
menebak isi kepala anak ini, tapi aku yakin beberapa waktu ketika
kami mulai akrab maka akan mudah untukku menebak setiap jalan
pikirannya.
Beberapa
menit selanjutnya aku dibuat kagum hingga berujung kesimpulan bahwa
dia akan menjadi partner yang cocok melewati dunia abu-abu yang penuh
cerita dan cita. Namun sorot matanya yang penuh selidik seolah
menyiratkan sesuatu yang tidak biasa.
Aku
memanggilnya Desuu, sebutan untuk anak kecil dari negeri sakura.
Tunggu, ia tidak sedang mencurigaiku atau semacamnya kan?
Wah...jadi kayak baca komik-komik Jepang nih. Asyiiik..
BalasHapusKereen, menceritakan bergantian dari dua tokoh...seperti novel sepotong diam bang syaiha...
BalasHapusKereen, menceritakan bergantian dari dua tokoh...seperti novel sepotong diam bang syaiha...
BalasHapusPenasaran selanjutnya...., kek komik emang bahasanya... hehe
BalasHapussemakin mengalir ceritanya
BalasHapusbacanya sambil bayangin gambarnya di komik >,<
BalasHapusSi cowo usil macamnya, Hihihii
BalasHapusMasa putih abu-abu..
BalasHapusTerkenang indahnya.. He..
Kalau de cian boleh kok duduk di sampingku.
BalasHapusUnik
BalasHapusKalimat terakhirnya, cerdas.
BalasHapusKalimat terakhirnya, cerdas.
BalasHapusSeruuu.... keren ih...
BalasHapusooh.. ini menampilkan 2 sisi tokohnya ya? keren.. aku belum bisa bikin yang bergantian kek gini.
BalasHapusSerasa baca cerita terjemahan, keren
BalasHapus