Kak... pinjem calon suami mu yaa...

4 komentar
Sore itu langit cerah berwarna biru bersih dengan sedikit awan putih yang berserak. Aku menikmati ketoprak yang baru saja disajikan pelayan warung, segelas es jeruk turut hadir melengkapi menu andalan Pak Min yang membuka lapak di pinggir jalan raya seberang pusat perbelanjaan di kota Jakarta ini.

Ku lirik lelaki disebelahku, yang tanpa basa-basi langsung melahap makanan bersaus kacang tersebut dengan lahapnya, ini lebih menarik dari pada aku mengikutinya mencicipi makanan yang sudah lama ku idamkan ini. Hampir setengah porsi ia menghabiskan bagiannya namun tak sekalipun ku lihat ia meneguk teh hangatnya, irama yang tepat saat makan mempertandakan ia orang yang penuh perhitungan dan tak terburu-buru.

"Dimakan gih"

Aku tersentak dari lamunanku dan mendadak muncul ide jahil. Raut wajahku berubah menjadi melas, bibirku maju kira-kira dua centimeter saja, keningku berkerut dan kepalaku menggeleng, untuk menuntaskan drama ini kupandangi wajahnya yang masih menunggu responku, "Ga bakalan abis mas", rengek ku.

"Halah.. Sini... "

Binggo... Aku punya kunci untuk menarik perhatiannya. Ia mendekatkan piringnya hingga menempel pada piringku, menumpahkan sebagian isi dari piringku hingga membuat piringnya menjadi penuh seperti porsi awal.

"Nih.. Dah buru makan"

Kepalaku mengangguk dan tersenyum penuh arti. Kali ini aku benar-benar berusaha menjejalkan lontong, tahu, telur dan kawanannya ke dalam mulut, sesekali mengaliri tenggorokanku dengan dinginnya es jeruk. Yaa.. Aku memang tak bisa tenang berada di dekatnya. Ada sesuatu yang tak ingin segera kusudahi, pertemuan ini tak boleh segera berakhir.

Aku melintasi pulau untuk berada dekat dengannya, tidak memberitahunya akan kedatanganku yang tiba-tiba ini, kukira dia akan menyambutku dengan senang namun ternyata dia memaksaku untuk kembali pulang. Kota ini tidak terlalu nyaman untuk gadis manis sepertiku, ia tak rela jika aku berada ditengah hiruk pikuk ibu kota dan hal yang mengubah segalanya adalah ketika ia berkata bahwa ia tak bisa menjagaku di kota ini.

Dan disinilah kami sekarang, berdua menikmati menu sederhana yang sarat akan kenangan, membuka memori masa lalu yang kurasa begitu cepat berlalu. Ia mengantarku pulang kembali ke orang tuaku, memastikan sendiri bahwa aku akan sampai dengan selamat sampai kampung halaman. Perjalanan kali ini bukan sekedar pulang ke rumah karena kami akan berhenti di kota dimana wanita beruntung itu akan merenggutnya dari hidupku.

Maaf jika aku iri dengannya, kebersamaanku akirnya selesai, semua tak sama lagi, pertemuan-pertemuanku dengan lelaki tanpa banyak kata ini tak lagi bisa terwujud tanpa hadirnya wanita itu, wanita yang berhasil meluluhlantakan hatinya.

Akirnya licin juga piringku. Ia melirik ke arahku dan kembali ke posisi awalnya menikmati teh hangatnya yang mungkin dua teguk lagi akan tandas.

Ahh... Lelaki ini... Tak mampu berbasa-basi namun begitu memikat hati.Entah siapa wanita itu, aku tak akan berkomentar, bagaimanapun aku percaya pilihamnya tidak main-main dan aku yang akan berusaha hingga batas akir untuk menerimanya menjadi bagian dari keluarga kami.

"Mas.. Mamah sms nih, tanya kita sampai mana"

"Bilang aja masih makan"

Hhaa... Gemes deh sama muka datar kakak sulungku.

#OneDayOnePost




Ciani Limaran
Haloo... selamat bertualang bersama memo-memo yang tersaji dari sudut pandang seorang muslimah.

Related Posts

4 komentar

  1. Aku tertipu...hahahaha keren.. keren..

    BalasHapus
  2. bukan cuma aku yang merasa tercuri. whahahaha

    BalasHapus
  3. Hahaha jdi keinget Kakakku juga. Dari kecil aku dimanja oleh Kakak, sampai setiap dapat juara 1 di kelas selalu ada acara jalan2 dan dibelikan hadiah untukku.

    BalasHapus
  4. Hahaha jdi keinget Kakakku juga. Dari kecil aku dimanja oleh Kakak, sampai setiap dapat juara 1 di kelas selalu ada acara jalan2 dan dibelikan hadiah untukku.

    BalasHapus

Posting Komentar